Fundamental Perekonomian Indonesia Kuat, Dorong Pertumbuhan yang Solid

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto [Foto Kementerian Perekonomian]

MAJALAHCEO.co.id, Jakarta –  Dalam kondisi tantangan eksternal yang kian kompleks mulai dari fragmentasi geoekonomi hingga meningkatnya kebijakan proteksionisme, perekonomian nasional menunjukkan torehan yang positif dengan pertumbuhan sebesar 4,87% (yoy) pada Q1-2025, bahkan melampaui sejumlah negara di ASEAN dan negara maju G20.

Pencapaian angka pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh penguatan beberapa sektor perekonomian, seperti Konsumsi Rumah Tangga dan Ekspor ⁠yang menjadi sumber pertumbuhan terbesar yakni mencapai 2,61% dan 0,83%. Konsumsi Rumah Tangga pada Q1-2025 mampu tumbuh sebesar 4,89% (yoy) yang didorong oleh pergeseran momen Ramadan dan Idulfitri. Di samping itu, ekspor juga menjadi salah satu sektor yang tumbuh sebesar 6,78% (yoy) karena didorong oleh kenaikan nilai ekspor nonmigas sebesar 7,83% (yoy) dan kunjungan wisatawan mancanegara.

Sebagai penopang pertumbuhan ekonomi Q1-2025 tersebut, sejumlah sektor lapangan usaha juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Salah satu lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tinggi yakni, sektor pertanian mampu tumbuh double digit sebesar 10,52% seiring dengan normalisasi waktu panen raya dan meningkatnya produksi pertanian.

Selain itu, industri pengolahan juga mengalami pertumbuhan sebesar 4,55% dengan peningkatan kontribusi terhadap ekonomi mencapai 19,25%. Sektor perdagangan juga menjadi salah satu lapangan usaha yang tumbuh sebesar 5,03% dan menjadi ketiga penyumbang terbesar pertumbuhan, selain pertanian dan industri pengolahan.

“Hampir seluruh lapangan usaha tumbuh positif pada Triwulan I-2025. Lapangan usaha dengan kontribusi terbesar terhadap ekonomi, yakni Industri Pengolahan, Perdagangan, Pertanian, dan Konstruksi menunjukkan pertumbuhan positif,” ungkap Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto.

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi tersebut juga didukung dengan capaian yang signifikan dari sisi ketenagakerjaan. Data Februari 2025 menyebutkan tambahan penyerapan tenaga kerja sebanyak 3,59 juta orang, dengan penyerapan terbesar dari industri perdagangan sebesar 996,8 ribu. Selain itu, industri pengolahan juga menjadi penyumbang signifikan terhadap penyerapan tambahan kerja yakni mencapai 720 ribu orang.

“Terkait penurunan Cadangan Devisa sebesar USD4,6 miliar, dari yang semula USD157,1 miliar pada Maret 2025 menjadi USD152,5 miliar pada April 2025, angka tersebut masih setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor, dimana tetap melampaui standar kecukupan internasional (threshold) 3 bulan impor,” pungkas Juru Bicara Haryo menanggapi penurunan Cadangan Devisa.

Dalam hal ini, Pemerintah akan terus berupaya menjaga prospek ekspor di saat outlook ekonomi dan perdagangan dunia mengalami penurunan karena fragmentasi geoekonomi, salah satunya dengan mencari alternatif pasar baru, mendorong competitiveness, serta memperkuat daya saing. (dft/fsr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *