Oleh: Syahril Syam *)
Banyak orang sejak lama penasaran dengan satu pertanyaan penting: “Apa sebenarnya makna hidup itu, dan bagaimana kita bisa merasakannya sungguh-sungguh?” Pertanyaan ini bukan hanya muncul sesekali saat kita sedang termenung, tapi benar-benar menjadi pusat perhatian seorang ilmuwan bernama Michael F. Steger.
Ia adalah seorang profesor psikologi di Colorado State University di Amerika, dan juga pendiri Center for Meaning and Purpose – sebuah pusat riset yang secara khusus mempelajari cara-cara kita menemukan tujuan hidup yang sejati. Sejak awal kariernya, Michael Steger merasa bahwa hidup bukan hanya soal mengejar sukses atau menghindari penderitaan.
Ada sesuatu yang lebih dalam yang kita semua cari: perasaan bahwa hidup ini berarti – bahwa apa yang kita lakukan, rasakan, dan perjuangkan bukanlah hal sia-sia. Maka, ia pun mengabdikan hidupnya untuk memahami bagaimana manusia bisa menemukan dan merasakan makna dalam hidup mereka.
Dalam penelitiannya, Steger menemukan bahwa ada dua hal utama yang menentukan apakah seseorang merasa hidupnya bermakna. Yang pertama adalah merasakan keberadaan makna itu sendiri – perasaan bahwa hidup kita memiliki arah, nilai, dan hubungan dengan sesuatu yang lebih besar.
Yang kedua adalah pencarian makna – usaha kita untuk menemukan tujuan itu ketika kita merasa sedang tersesat atau kehilangan arah. Dengan bahasa yang sederhana dan penuh welas asih, Steger menjelaskan bahwa hidup yang bermakna bukanlah milik segelintir orang bijak saja. Kita semua bisa menemukannya – lewat hubungan yang tulus, lewat pekerjaan yang sesuai nilai, atau bahkan lewat pengalaman sulit yang akhirnya membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Melalui pekerjaannya, ia mengajak kita semua untuk tidak hanya hidup, tapi menghidupi hidup dengan sadar dan penuh makna.
Bayangkan seorang perempuan bernama Fulana. Ia bekerja di sebuah perusahaan besar, gajinya cukup, kariernya terus menanjak. Namun, suatu malam setelah lembur yang kesekian kali, ia duduk sendirian di mobil, dan tiba-tiba merasa hampa. Ia bertanya pada dirinya sendiri, “Untuk apa semua ini? Apa arti hidupku sebenarnya?” Fulana bukan satu-satunya yang pernah merasakan kehampaan itu.
Menurut penelitian Michael Steger, jutaan orang di dunia modern mengalami hal serupa. Kita dikelilingi oleh kesibukan, informasi yang membanjir, dan tekanan untuk selalu terlihat “berhasil”, tetapi justru kehilangan rasa arah. Dalam istilah Steger, Fulana sedang mengalami hilangnya keberadaan makna – yakni ketika seseorang tidak lagi merasakan bahwa hidupnya punya arti yang dalam.
Menurut Steger, makna hidup bukanlah sesuatu yang abstrak atau rumit. Ia menggambarkannya sebagai perasaan bahwa hidup ini bernilai, bisa dipahami, dan punya arah yang jelas. Dalam berbagai penelitiannya, Steger menemukan bahwa orang yang merasa hidupnya bermakna cenderung lebih bahagia, lebih sehat secara mental, dan lebih kuat dalam menghadapi tekanan hidup.
Steger menguraikan makna hidup ke dalam tiga bagian utama. Pertama, ada yang disebut coherence atau kejelasan hidup. Ini adalah saat kita bisa melihat bahwa apa yang kita alami dalam hidup – termasuk hal-hal sulit – masuk akal atau bisa dipahami. Orang dengan kejelasan hidup tidak merasa semuanya terjadi secara acak atau sia-sia; mereka bisa melihat benang merah dari pengalaman-pengalaman mereka.
Kedua adalah purpose, atau tujuan hidup. Seseorang yang hidupnya bermakna biasanya memiliki sesuatu yang ingin ia capai atau perjuangkan. Tujuan ini bisa sederhana atau besar: seperti membesarkan anak dengan penuh kasih, bekerja membantu orang lain, mendalami agama, atau berkontribusi lewat karya.
Tujuan inilah yang membuat kita merasa punya alasan untuk bangun setiap pagi. Yang ketiga adalah significance, atau rasa penting dan bernilai. Ini adalah perasaan bahwa hidup kita punya arti, bahwa keberadaan kita berdampak bagi orang lain atau dunia secara lebih luas. Tanpa rasa ini, seseorang bisa merasa hidupnya kosong, seolah tidak ada yang berubah apakah ia ada atau tidak.
Dengan kata lain, menurut Steger, hidup yang bermakna bukan berarti hidup yang sempurna tanpa masalah. Justru, makna sering muncul dari bagaimana kita memahami pengalaman, memiliki arah yang jelas, dan merasakan bahwa kita penting dalam semesta ini. Ketiga elemen ini menjadi fondasi kuat bagi seseorang untuk menjalani hidup dengan lebih sadar, utuh, dan bahagia.
Steger menjelaskan bahwa inilah inti dari hidup yang bermakna: bukan hidup tanpa masalah, tapi hidup yang terasa bernilai meskipun di tengah kekacauan. Dan menariknya, ia juga menemukan bahwa orang-orang yang memiliki makna dalam hidup cenderung lebih tahan terhadap stres, lebih bahagia, dan punya motivasi yang lebih stabil. Mereka bukan hanya hidup untuk hari ini, tetapi merasa hidup mereka bagian dari sesuatu yang lebih besar – sebuah narasi yang terus berkembang.
@pakarpemberdayaandiri