Catatan Dr. Suriyanto Pd, SH.,MH.,M.Kn
Perang Rusia-Ukraina, Israel, Palestina dan beberapa negara lainnya, termasuk kebijakan tarif impor Donald Trump, membawa dampak ekonomi signifikan bagi Indonesia. Situasi ekonomi global yang menghantam Asia, termasuk Indonesia di tengah pergantian pemimpin nasional belum lama ini.
Kesulitan ekonomi global, seperti pelemahan nilai tukar rupiah, penurunan daya beli, ancaman resesi, dan gejolak geopolitik, memberikan tantangan signifikan bagi kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Hal ini yang harus dipahami oleh semua pihak baik dari pendukung ataupun oposisi politik maupun pemilih.
Selain guncangan ekonomi Global yang terjadi saat ini di kepemimpinan Presiden Prabowo yang baru seumur jagung ini, juga banyak menghadapi masalah baru seperti korupsi besar besaran di bidang timah, minyak oplosan, penggelapan emas Antam dan masih banyak kasus- kasus korupsi lain nya.
Tetapi jika dicermati konsistensi Pemimpin baru Indonesia ini sangat luar biasa dalam menerima kritik dan hujatan tak berdasar yang terjadi saat ini, tersebar di hampir semua platfrom media dan media sosial.
Hal tersebut tidak membuat Presiden Prabowo lemah, tetapi semakin kuat seperti pidato nya beberapa waktu yang lalu, menyatakan Indonesia ini negara kaya, tidak perlu takut menghadapi tantangan Global, sumber daya alam akan di kelola sendiri untuk sepenuhnya diberikan untuk kemakmuran Rakyat Indonesia.
Presiden Prabowo Subianto, dalam berbagai kesempatan, menyerukan kepada rakyat Indonesia untuk tidak takut menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Ia menekankan pentingnya keberanian bangsa Indonesia dalam menghadapi dinamika dunia, termasuk ketidakpastian geopolitik, krisis ekonomi, dan perubahan iklim. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat, dari cendekiawan hingga pemuda, untuk bersatu dan berani menghadapi tantangan, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri, seperti korupsi dan ketimpangan ekonomi
Prabowo juga menegaskan bahwa Indonesia harus berdiri di atas kaki sendiri, tidak bergantung pada negara lain, terutama dalam hal ketahanan pangan dan energi. Dalam acara seperti Antalya Diplomacy Forum (ADF) 2025, ia menyoroti perlunya diplomasi untuk menghadapi ketidakstabilan global, sambil tetap realistis terhadap dinamika kekuatan dunia. Selain itu, melalui kebijakan seperti swasembada pangan dan energi, serta efisiensi anggaran APBN 2025, ia mendorong kemandirian ekonomi sebagai respons terhadap tekanan global, seperti perang dagang dan pelemahan nilai tukar
Masuk akal dengan kekayaan SDA Indonesia yang sangat luar biasa dan beragam, sangatlah benar kata Presiden, maka seharusnya semua pihak mendukung dan mengawasi dengan pikiran positif.
Sentimen di media sosial, seperti postingan di X, mencerminkan dukungan terhadap visi Prabowo, dengan narasi bahwa Indonesia harus rapatkan barisan untuk menghadapi potensi krisis global, termasuk ancaman perang dunia, sambil memanfaatkan peluang melalui kerja sama internasional. Dengan pendekatan ini, Prabowo memposisikan Indonesia sebagai “peace maker” di kancah global, sekaligus memperkuat fondasi domestik untuk menghadapi tantangan masa depan.
Apalagi saat ini telah ada lembaga Badan Pengelola Investasi Danantara Indonesia dengan dana belasan ribu triliun, jadi tidak perlu orang asing dan Investor untuk mengelola seluruh SDA negeri ini.
Presiden Prabowo Subianto membentuk Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) sebagai langkah strategis untuk mewujudkan konsep ekonomi mandiri berbasis Pancasila, sejalan dengan visi pendiri bangsa dan Pasal 33 UUD 1945. Danantara, yang resmi diluncurkan pada 24 Februari 2025, bertujuan mengelola aset negara, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), secara terpadu dan efisien untuk mendukung kesejahteraan rakyat. Nama “Danantara” (Daya Anagata Nusantara) mencerminkan kekuatan ekonomi masa depan Indonesia yang berkelanjutan.
Danantara akan mengelola aset senilai lebih dari USD 900 miliar (sekitar Rp14.715 triliun), dengan fokus pada proyek strategis seperti hilirisasi nikel, bauksit, tembaga, kilang minyak, petrokimia, pertanian, akuakultur, dan energi terbarukan. Pendanaan awal sebesar Rp326 triliun dialokasikan untuk 20 proyek nasional guna menciptakan nilai tambah, lapangan kerja berkualitas, dan kemakmuran jangka panjang.
Presiden Prabowo Subianto optimis Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi dunia, dengan target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2028-2029 dan proyeksi menjadi ekonomi terbesar keempat global pada 2050, berdasarkan laporan Goldman Sachs. Optimisme ini didukung oleh kebijakan strategis seperti hilirisasi, swasembada pangan, energi terbarukan, dan konsolidasi BUMN melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BP Danantara).
Program prioritas meliputi ketahanan pangan, digitalisasi, dan investasi, dengan target investasi Rp3.414 triliun pada 2029. Tantangan global seperti ketidakpastian geopolitik dan proteksionisme diakui, namun Indonesia tetap menunjukkan resiliensi dengan pertumbuhan stabil di atas 5% dan inflasi terkendali. Kebijakan inklusif, seperti dukungan kepada petani dan UMKM, serta kerja sama internasional (BRICS, OECD, CEPA), menjadi pendorong utama.
Semoga Presiden selalu kuat dan konsisten memimpin NKRI untuk Rakyat menuju Indonesia Emas tahun 2025.
*) Ketua Umum DPP Persatuan Wartawan Republik Indonesia