Pertemuan Presiden Prabowo dan Megawati, Dr. Suriyanto:  Menunjukkan Adanya Kematangan Politik

Pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berlangsung cukup lama dan membahas banyak hal. (Foto: Dok. Twitter/@bang_dasco)

MAJALAHCEO.co.id, Jakarta – Presiden Prabowo Subianto  dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pasca Lebaran 2025 telah berlangsung pada Senin malam, 7 April 2025, di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.

Pertemuan ini merupakan momen yang ditunggu-tunggu setelah sebelumnya direncanakan akan digelar secepatnya setelah libur Lebaran, sebagaimana disampaikan oleh Ketua DPP PDIP Puan Maharani pada 2 April 2025.

Puan menyebutkan bahwa pertemuan tersebut tidak akan dilakukan dalam konteks open house karena baik Prabowo maupun Megawati tidak menggelar acara tersebut selama Idulfitri 1446 Hijriah.

Menurut keterangan dari politisi PDIP Guntur Romli pada 9 April 2025, pertemuan yang berlangsung selama sekitar 1,5 jam tersebut bersifat empat mata dan fokus pada silaturahmi Idulfitri. Dalam pertemuan itu, keduanya membahas hal-hal pribadi sebagai dua tokoh bangsa yang telah lama bersahabat, sekaligus isu-isu strategis seperti kebangsaan, kenegaraan, perang dagang Amerika Serikat, dan situasi di Timur Tengah. Mereka juga berkomitmen untuk terus menjalin komunikasi dan koordinasi terkait kepentingan nasional dan internasional yang berdampak pada rakyat Indonesia.

Sebelum pertemuan ini, sinyal komunikasi antara keduanya sudah terlihat, seperti kunjungan putra Prabowo, Didit Hediprasetyo, ke rumah Megawati pada 31 Maret 2025, serta pengiriman parsel Lebaran berisi sayur mayur, termasuk tomat yang disukai Megawati, dari Prabowo.

Pertemuan ini dinilai tidak hanya mempererat hubungan personal, tetapi juga memiliki potensi politik, meski belum ada keterangan resmi soal kesepakatan spesifik seperti masuknya PDIP ke kabinet Prabowo.

Ketua Umum DPP Persatuan Wartawan Republik Indonesia [DPP PWRI] Dr. Suriyanto Pd, SH.,MH.,M.Kn, menilai pertemuan antara Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri dapat dilihat sebagai langkah strategis yang berpotensi besar untuk membangun bangsa.

Sebut Suriyanto, keduanya adalah tokoh sentral dalam politik Indonesia dengan pengaruh yang signifikan. Prabowo sebagai Presiden Republik Indonesia saat ini dan Megawati sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan sekaligus mantan Presiden ke-5.

“ Kolaborasi atau dialog antara mereka bisa menjadi fondasi untuk stabilitas politik, konsolidasi kekuatan nasional, dan penyelesaian tantangan besar yang dihadapi Indonesia,” kata Suriyanto melalui keteragan di Jakarta, Rabu [9/5]

Suriyanto mengatakan, secara historis, hubungan keduanya memiliki dinamika. Mereka pernah bekerja sama dalam Pilpres 2009, meskipun kemudian mengambil jalur berbeda dalam beberapa kontestasi politik.

“ Pertemuan di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, pasca lebaran, menunjukkan adanya kematangan politik dan kesediaan untuk menjalin komunikasi demi kepentingan yang lebih luas. Dalam konteks ini, langkah tersebut bisa diartikan sebagai upaya untuk meredam ketegangan pasca-Pilpres 2024 dan membuka ruang kerja sama lintas partai,” terang Suriyanto.

“ Dari sisi strategis, pertemuan ini dapat memperkuat tata kelola pemerintahan. Dengan PDI Perjuangan sebagai partai pemenang Pileg 2024 dan Gerindra sebagai kekuatan utama dalam koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran, dialog keduanya berpotensi menghasilkan kesepakatan yang mendukung legislasi efektif, stabilitas ekonomi, dan program kesejahteraan sosial. Isu-isu seperti krisis global, perubahan iklim, dan ketahanan pangan yang disebut-sebut dibahas dalam pertemuan tersebut memang membutuhkan koordinasi luas yang melampaui batas politik partisan,” sambungnya.

Efektivitas langkah dari pertemuan tersebut, kata Suriyanto, harus dibarengi dengan implementasi nyata. Jika hanya berhenti pada simbolisme atau kompromi elite tanpa hasil konkret, dampaknya bagi rakyat bisa minim.

Sebaliknya, jika diikuti dengan komitmen untuk proyek bersama misalnya infrastruktur, pendidikan, atau pemberantasan korupsi maka pertemuan ini bisa menjadi titik balik bagi pembangunan bangsa.

“ Perspektif kritis juga perlu dijaga apakah ini benar-benar untuk kepentingan rakyat atau sekadar konsolidasi kekuasaan? Jawabannya akan terlihat dari langkah-langkah selanjutnya yang diambil kedua pemimpin ini. Namun kita optimis, bahwa pertemuan kedua pemimpin bangsa ini adalah untuk kepentingan rakyat dan kemajuan bangsa,” pungkas Suriyanto

[nur/red]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *