Harga Minyak Dunia Dihantui Ketegangan Perang Dagang China–AS

Foto ilustrasi pengeboran minyak lepas pantai. shutterstock

MAJALAHCEO.co.id, Jakarta – Harga minyak dunia saat ini sedang dihantui oleh ketegangan perang dagang antara China dan Amerika Serikat.

Berdasarkan perkembangan terkini hingga April 2025, eskalasi tarif yang diberlakukan oleh kedua negara telah memicu kekhawatiran pasar akan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak.

Ketidakpastian ini sering kali membuat harga minyak berfluktuasi, karena investor menilai risiko perlambatan ekonomi yang dapat mengurangi konsumsi energi.

Sebagai contoh, pengenaan tarif oleh AS di bawah kepemimpinan Donald Trump, yang kemudian dibalas oleh China, telah menciptakan sentimen negatif di pasar. Ketika tarif meningkat, biaya perdagangan naik, aktivitas ekonomi melambat, dan permintaan minyak cenderung turun.

Selain itu, China sebagai salah satu konsumen minyak terbesar dunia memainkan peran kunci dalam dinamika ini. Jika ekonomi China terganggu akibat perang dagang, dampaknya langsung terasa pada pasar minyak global.

Dilansir dari Reuters, Senin (7/4), Brent Crude turun 6,5% menjadi US$65,58. Sementara West Texas Intermediate (WTI) Crude merosot 7,4% menjadi US$61,99.

Di sisi lain, faktor pasokan seperti sanksi AS terhadap negara produsen minyak (misalnya Iran) atau kebijakan produksi OPEC juga turut memengaruhi harga, tetapi saat ini perang dagang tampak menjadi bayang-bayang utama.

Analis United ICAP, Scott Shelton mengatakan bahwa penurunan harga ini mencerminkan ketidakpastian permintaan yang melemah menyusul naiknya kekhawatiran akan resesi global dan tergerusnya permintaan energi gegara tarif dari AS.

“Menurut saya, harga saat ini mungkin sudah mencerminkan nilai wajar sampai ada gambaran lebih jelas soal seberapa besar permintaan benar-benar turun,” kata Shelton.

Meski impor minyak, gas, dan produk olahan diberi pengecualian dari tarif, kebijakan proteksionis ini tetap berisiko memperlambat ekonomi global dan memperparah konflik dagang, yang pada akhirnya menekan harga minyak

Harga minyak mentah seperti Brent dan WTI sering bereaksi tajam terhadap berita terkait negosiasi atau eskalasi tarif, mencerminkan sensitivitas pasar terhadap isu ini. Dengan situasi yang terus berkembang, harga minyak kemungkinan akan tetap volatil selama ketegangan China-AS belum menemui titik temu.

[Jagad N]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *