Wawancara imajiner Dr. Suriyanto Pd: Persoalan Bangsa Harus Disikapi dengan Arif

Dr. Suriyanto Pd, SH,MH,M.Kn

Dalam beberapa pekan terakhir ini, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita tengah diuji. Sebagai anak bangsa, seakan kita abai akan eksistensi kita sebagai bangsa yang berbudaya, termasuk dalam mensikapi persoalan-persoalan bernegara.

Pergumulan kepentingan yang berujung pada kegaduhan kian mengemuka. Apabila tidak disikapi dengan arif, berpotensi merusak nilai-nilai persatuan dan kesatuan, berpotensi konflik dan rentan perpecahan.

Dr. Suriyanto PD,SH.,MH.,M.Kn, mengaku prihatin dengan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa ini, dari mulai korupsi, penegakan hukum, hingga hal-hal yang menyangkut hak-hak masyarakat seperti pendidikan maupun kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

MajalahCEO.co.id, merangkum pemikiran-pemikiran Suriyanto terkait persoalan berbangsa dan bernegara dalam wawancara imajiner, berikut petikannya.

MajalahCEO

Dinamika politik, yang terus berkembang, dan cenderung menghangat pada pekan pekan terakhir ini, semua berawal dari suatu kebijakan, yang kemudian menurut penilaian publik sudah bergeser ke ranah politik. Bagaimana tanggapan Anda?

Dr. Suriyanto

Persoalan bangsa yang mengemuka akhir-akhir ini, harus disikapi dalam perspektif yang lebih luas, sebagai sebuah upaya menurunkan tensi politik. Adanya kasus pagar laut, penyerobotan lahan, carut marutnya hukum, dan kebijakan soal gas LPG 3 kg, menjadi bagian dari dinamika berbangsa dan bernegara. Kita tak memungkiri, persoalan tersebut berimbas ke wilayah politik dan dikaitkan dengan kebijakan di era pemerintahan sebelumnya. Kita tidak menyalahkan masyarakat melakukan penilaian seperti itu.

Kita yakin dan percaya, presiden kita Bapak Prabowo Subianto akan mampu mengatasi persoalan-persoalan itu, sebagaimana visi beliau untuk perbaikan bangsa dan negara. Saya tidak ingin bangsa ini terkoyak, hanya karena cara pandang sempit dan tidak proporsional dalam mensikapi persoalan berbangsa dan bernegara ini.

Dr. Suriyanto Pd, SH.MH,M.Kn

Majalah CEO

Terkait persoalan yang mengemuka tersebut, kemudian bergeser menjadi komoditas politik pihak-pihak tertentu, menurut Anda?

Dr. Suriyanto

Saya belum melihat sejauh itu, namun kecenderungan itu ada. Ini adalah proses pendewasaan bagaimana berpolitik yang baik dan benar. Banyak para politisi kita, tidak memiliki kemampuan komunikasi politik yang baik. Saya tidak perlu sebutkan siapa-siapa politisi itu, saya rasa masyarakat sudah paham. Etika politik, komunikasi politik yang baik dan benar, dan kesantunan politik, akan menghasilkan suasana yang harmonis antar pelaku politik, antar kekuatan politik, maupun kelompok-kelompok kepentingan lainnya, sehingga muaranya akan terbangun suatu komitmen bersama untuk sebesar-besarnya kemajuan bangsa dan Negara, dengan mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.

Politisi yang hanya berstatemen, tanpa mampu melihat akar persoalan berbangsa secara baik dan benar,  ibarat naik panggung tapi hanya sekedar berharap tepuk tangan. Ini yang merusak, akhirnya timbul kegaduhan dimana mana, timbul penyesatan-penyesatan, yang bisa merusak kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini yang harus kita hindari, kita dukung kepemimpinan nasional saat ini di bawah Presiden Prabowo Subianto. Sebagai pemimpin bangsa yang ditempa oleh pengalaman, beliau tahu apa yang harus dilakukan untuk bangsa ini.

Elit politik harus memiliki kejujuran, amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah hati dan siap mundur dari jabatan publik bila terbukti melakukan kesalahan, dan secara moral kebijakannya bertentangan secara hukum dan rasa keadilan masyarakat. Etika tersebut harus diwujudkan dalam bertata krama yang baik, tidak arogan, perilaku politik yang toleran, tidak berpura pura dan jauh dari sikap munafik, tidak manipulative, tidak melakukan kebohongan publik ataupun tindakan-tindakan tidak terpuji lainnya.

Majalah CEO

Dalam berbagai statement di media akhir-akhir ini Anda sangat menentang kemungkinan timbulnya kembali paham-paham radikal, propaganda dari sejumlah oknum Habib jualan agama dan dzuriah Nabi. Menurut Anda, apa yang sesungguhnya terjadi dengan bangsa ini?

Dr.Suriyanto

Saat ini negara kita telah diserang oleh oknum Habib dan kelompok tertentu yang mencoba untuk melakukan propaganda negatif dengan mengaburkan sejarah kepada seluruh masyarakat Indonesia. Oknum Habib tersebut telah melakukan propaganda negatif dengan membangun gagasan-gagasan yang mereka kehendaki sesuai dengan tujuan mereka, untuk disebar di beberapa media online atau media sosial dan diharapkan propaganda mereka tersampaikan. Adapun tujuan tulisan dari mereka tersebut adalah agar masyarakat Indonesia mempercayai informasi-informasi tersebut. Propaganda mereka tersebut diharapkan dapat menghipnotis seluruh masyarakat Indonesia dan masyarakat Indonesia mendukung apa yang menjadi gagasan mereka. Ini tidak boleh terjadi di negeri nusantara tercinta ini.

Umat Islam harus bersatu untuk menegakan kebenaran Islam sesungguhnya seperti yang di ajarkan oleh Rasulullah dan dibawa ke Nusantara oleh Bangs Arab dan sebar luaskan oleh para Waliyullah dengan santun dan dengan ke arifaan lokal Bangsa Nusantara, tinggalkan ajaran sesat dari para oknum habib cabul ngibul dan berperilaku kasar yang tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah yang dibawa oleh Bangsa Arab dan para Waliyullah di Nusantara Indonesia.

Mari kita tingkatkan rasa kebangsaan kita sebagai bangsa Indonesia dengan sikap saling menghargai satu sama lain dan jangan terkecoh oleh propanda liar oknum Habib yang mencoba mengaburkan sejarah tentang bangsa ini.

Dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia, semangat keislaman telah menjadi jiwa rasa nasionalisme dan mengalir dalam budaya dan keyakinan masyarakat. Semangat pancasila dan rasa keislaman menjadi penopang utama jiwa jihad bangsa Indonesia.

Bila Pancasila adalah pilihan nilai dan falsafah bangsa Indonesia, maka Islam adalah kumpulan nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila

MajalahCEO

Untuk mensikapi dan menangkal ajaran sesat itu, apa yang harus dilakukan ?

Dr. Suriyanto

Kembali kepada Pancasila, menguatkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air. Pancasila, sejatinya merupakan idiologi terbuka, yakni idiologi yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup bangsa.

Pancasila itu fleksible, elastis dan bisa diterapkan dalam situasi apapun, termasuk di era globalisasi ini. Namun, yang menjadi masalah saat ini, penyerapan dan penerapan nilai-nilai luhur Pancasila itu sendiri yang kian rapuh, terutama generasi muda. Ini harus menjadi perhatian kita semua, terutama institusi yang terkait seperti Kemendikbudristek dan Badan Penerapan Idiologi Pancasila.

Namun di sisi lain, sangat penting kewaspadaan nasional terhadap munculnya idiologi baru.

Apabila kita tidak cermat, maka masyarakat akan mudah larut dan cenderung ikut arus idiologi luar tersebut, sedangkan idiologi asli bangsa Indonesia, yakni Pancasila, malah terlupakan, baik nilai-nilainya maupun implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Ada sejumlah tantangan yang dihadapi saat ini. Tantangan pertama adalah banyaknya ideologi alternatif melalui media informasi yang mudah dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga membuat masyarakat mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta daya tarik pembelajaran Pancasila.

Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi.

Salah satu cara untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di era globalisasi, terutama kepada generasi muda, adalah memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat dan membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan atau pembelajaran yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Pendidikan Moral Pancasila dan P4 harus kita perkuat.

Majalah CEO

Bagaimana penilaian Anda, terkait kinerja Pemerintah saat ini?

Dr. Suriyanto

Kita belum bisa menilai terlalu jauh. Bapak Prabowo baru memimpin 3 bulan lebih dikit. Namun kinerja beliau dalam 100 hari menunjukkan kemajuan yang luar biasa.

Kita mengapresiasi kinerja 100 hari pemerintahan di bawah kepemimpinan Bapak Prabowo Subianto. Kita mendukung kebijakan pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Apa yang telah dilakukan Bapak Prabowo menunjukkan komitmennya dalam upaya mensejahterakan rakyat.

Selama 100 hari masa pemerintahan, ada banyak hal yang telah beliau lakukan, seperti penghapusan hutang UMKM dan Nelayan, membangun perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), makan bergizi gratis untuk anak-anak sekolah, penguatan SDM, dan lain sebagainya.

Kita tentu akan mengawal kebijakan pemerintah yang pro rakyat.  Apresiasi ini didasari komitmen pemeritntah mendorong perubahan positif di berbagai sektor dalam waktu singkat, yang sejalan dengan visi besar untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan berdaulat. Capaian ini merupakan bukti komitmen beliau untuk melayani seluruh elemen masyarakat.

Catatan:

Wawancara ini adalah wawancara imajiner, namun penulis telah meminta ijin dan berkoordinasi dengan Dr. Suriyanto Pd, SH.,MH.,M.Kn, atas dimuatnya tulisan ini,

[Jagad N]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *