Oleh: Syahril Syam *)
Benarkah hidup ini membahagiakan? Di mata seorang wanita tua, yang terjadi justru sebaliknya: Hidup begitu menyedihkan! Bahkan wanita ini menangis setiap hari. Apabila hari hujan ia menangis, begitu pula bila hari panas. Seorang lelaki yang kebetulan lewat merasa iba dan bertanya kepadanya, “Mengapa Ibu menangis?” Sambil tersedu-sedu, wanita itu menjawab, “Aku punya dua orang putri, yang sulung menjual sepatu kain dan yang bungsu menjual payung. Apabila hujan turun, aku sedih memikirkan putri sulungku yang sepatu kainnya tidak laku. Sebaliknya bila cuaca panas, aku sedih memikirkan putri bungsuku yang payungnya tidak laku.”
Mendengar hal itu lelaki tadi berkata, “Agar bisa bahagia, cobalah Ibu pikirkan yang sebaliknya. Kalau hujan turun, pikirkan putri bungsumu. Pasti payungnya akan banyak terjual. Sebaliknya kalau cuaca panas pikirkan putri sulungmu. Bukankah sepatu kainnya akan laku keras pada saat itu?” Wanita itu mendengarkan nasihat tersebut dengan sungguh-sungguh, dan sejak saat itu ia tak pernah menangis lagi. Bahkan, ia selalu bersyukur dan tertawa setiap hari.
Keyakinan manapun yang kita pilih, maka kita seolah-olah memasuki sebuah dunia yang baru. Saat seseorang memilih keyakinan yang destruktif, maka ia seolah-olah hidup di dunia yang penuh dengan ketidakadilan. Ia akan cenderung membuktikan kemampuan diri tanpa mau menghadapi tantangan baru. Ia akan mudah merasa tak berdaya.
Kegagalan di dalam hidup hanya berarti kemunduran. Sedangkan, jika kita memilih keyakinan yang konstruktif, maka kita merasa hidup di dunia yang penuh keadilan. Kita senantiasa berusaha dan kreatif dalam menghadapi tantangan hidup, penuh keberuntungan, dan terus mengembangkan diri untuk meng-aktualkan berbagai potensi hingga ke titik maksimal.
Mari kita dengarkan apa kata Jeremy W. Hayward – seorang penulis dan pakar fisika – tentang pengaruh keyakinan terhadap manusia. “Sebagian besar manusia merupakan hasil dari pendefinisian mereka mengenai diri mereka sendiri. Diri manusia adalah kombinasi gagasan bawaan dan pengaruh kental budaya dan lingkungan tempat kita tumbuh. Akibatnya, kita memiliki keyakinan tentang sifat dasar manusia.
Keyakinan ini merasuk ke tingkat sangat dalam pada sistem psikosomatis kita, pikiran dan otak kita, sistem saraf, sistem endokrin, dan bahkan darah dan otot kita. Kita bertindak, berbicara, dan berpikir menurut keyakinan yang dipegang teguh ini serta sistem keyakinan.”
Dan karenanya, ketika setiap kali kita memutuskan untuk membuat perubahan dalam hidup kita, mempelajari keterampilan baru, mengadopsi sikap baru, memperkaya keyakinan kita, atau mengubah perilaku, kita mesti membuat pilihan sadar. Apakah pilihan ini sepenuhnya mencerminkan keinginan bawaan dan altruistik kita untuk menjadi orang terbaik yang kita bisa, atau dipaksakan pada kita oleh keadaan negatif, tidak terlalu penting. Yang penting adalah kita tahu bahwa kita menginginkan sesuatu yang lebih besar untuk diri kita sendiri.
Ketika kita keluar di dunia dan mempraktikkan keterampilan, keyakinan, atau sikap baru kita, kita mengambil langkah yang diperlukan dalam mengembangkan diri kita sendiri. Yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa ketika kita menunjukkan keterampilan kita dan menerima umpan balik, umpan balik itu memasok lebih banyak pengetahuan dan instruksi yang dapat kita gunakan, untuk menyempurnakan diri kita sendiri dan pendekatan kita terhadap tujuan yang telah kita tetapkan. Dan ini menentukan seberapa bahagianya kita menjalani kehidupan.
@pakarpemberdayaandiri