Miliki Cadangan Nikel Besar, Indonesia Berpeluang Tingkatkan Produksi Nikel

Pertambangan nikel di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara [Foto istimewa]

Penulis : Jagad N

MajalahCEO.co.id, Jakarta – Indonesia saat ini menjadi negara penghasil nikel terbesar di dunia. Oleh karena itu, Indonesia menjadi incaran berbagai negara yang membutuhkan nikel untuk memproduksi alat elektronik.

Negara-negara maju seperti Amerika, Eropa akan melirik Indonesia, untuk memenuhi bahan baku sebagai bagian dari produksi mobil listrik.

Kita ketahui, persebaran cadangan nikel di Indonesia, kebanyakan berada di wilayah Indonesia Timur, seperti Sulawesi, Maluku hingga Papua. Hal tersebut menjadi peluang bagi Indonesia untuk terus meningkatkan produksi nikelnya.

Produksi barang tambang seperti nikel, bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan ekonomi negara.

Kalau bicara pertumbuhan ekonomi, saat ini, pertumbuhan ekonomi yang paling besar itu ada di Maluku Utara. Kontribusi (ekonomi) terbesar di Maluku Utara salah satunya adalah proses pengolahan ini (nikel).

Penulis di lokasi pertambangan nikel PT Vale, Konawe, Sulawesi Selatan

Sebagai penggerak ekonomi daerah dan ekonomi negara, Praktisi Tambang Helmut Hermawan menyatakan, industri penambangan nikel di Indonesia memiliki prospek cerah. Apalagi, selain padat modal, industri ini juga padat karya.

Hal ini terkait kemampuan industri ini dalam menyerap banyak tenaga kerja di lingkungan sekitar area penambangan.

Kendati begitu, menurut Helmut, pemerintah memiliki pekerjaan rumah, yakni menjaga iklim investasi bagi investor dalam maupun luar negeri.

Cadangan dan Prospek Nikel ke Depan

Melansir dari Bisnis.com, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mengatakan peluang itu terbilang besar untuk perusahaan yang ingin melakukan kegiatan penambangan nikel di Indonesia.

“Jadi sebenarnya umur [nikel] dan jumlah cadangan dan sumber daya akan bertambah kalau tingkat eksplorasi ini kita giatkan. Nah, tentu diperlukan investasi yang tidak sedikit. Ini yang perlu diupayakan,” kata Irwandy seperti dikutip dari siaran pers, beberapa waktu lalu.

Menurut Irwandy, cadangan komoditas nikel di Indonesia mencapai 23% cadangan di dunia, menjadi yang terbesar. Total, Indonesia memiliki sumber daya nikel mencapai 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton logam, dengan jumlah cadangan 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton logam.

Selain itu, terdapat beberapa wilayah yang memiliki kandungan nikel, tetapi belum dieksplorasi (greenfield) yang tersebar di Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

Menteri ESDM Arifin Tasrif

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan Indonesia mempunyai potensi yang besar sebagai pemain utama dunia dalam industri baterai kendaraan listrik karena mempunyai bahan komponen baterai, yaitu nikel, bauksit, tembaga, hingga mangan.

Namun demikian, Indonesia masih perlu mengembangkan rantai nilai industri baterai. Hal ini lantaran belum terbangunnya sejumlah industri rantai nilai baterai di dalam negeri.

“Masih ada beberapa industri yang belum tersedia seperti smelting/refining mineral, produksi komponen sel, produksi sel baterai, perakitan baterai, dan mineral-mineral lain yang dibutuhkan antara lain lithium, graphite, dan cobalt,” ujarnya dalam acara Indonesia Mining Summit di Bali, Selasa (10/10/2023) lalu.

Selain itu, Arifin meyampaikan perlu adanya pengembangan teknologi daur ulang mineral (mineral recycling). Hal ini meliputi recovering dan reusing mineral-mineral dari produk-produk yang sudah habis masa pakainya seperti baterai, elektronik, dan magnet.

[Jagad N]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *