Opini  

BUMN Harus Siap Siap Melakukan Efisiensi Angaran

Oleh : Salamuddin Daeng

Setelah APBN berhasil dipangkas, dan menghasilkan sisa uang 306 Triliun rupiah, maka sekarang BUMN yang giliran harus siapa siap melakukan efisiensi angaran, memangkas pos pos pemborosan dan memfokuskan sumber dana BUMN dalam rangka pencapaian program pemerintah.

Pendapatan pemerintah dan BUMN tidak jauh berbeda. Pendapatan dan belanja negara dalam APBN sekitar 3600 triliun rupiah. Sekarang berkurang menjadi 3300 triliun rupiah. Sementara revenue seluruh BUMN sekitar 3200 triliun rupiah pada tahun 2023. Demikian juga utang negara tidak berbeda jauh dengan utang BUMN. utang pemerintah yakni sekitar 8500 triliun rupiah. Jadi keduanya baik negara dan BUMN memiliki karateristik yang sama dalam masalah keuangan dan cara pengelolaan keuangan.

Ekonom Salamudin Daeng

Di masa sebelumnya yakni sebelum ide penghematan atau efisiensi angaran ini ada, baik pemerintah maupun BUMN keduanya mengkampanyekan angaran yang memingkat untuk menarik minat para investor agar berinvestasi dalam obligasi negara maupun obligasi BUMN. Adapun BUMN selalu mengkampanyekan kenaikan capital expenditure (Capex) dalam usaha meningkatkan performa perusahaan. Kenaikan capex adalah ukuran utama bagi semua BUMN untuk menunjukkan bahwa mereka layak investasi. Sebaliknya kalau capex nya turun maka BUMN itu artinya tidak dipercaya publik.

Namun sekarang BUMN tidak dapat lagi melakukan hal dikarenakan ide besar dari pemerintahan Prabowo Gibran adalah penghematan. Usaha ini adalah model pengeloalaan keuangan baru sebagai jawaban atas keprihatinan atas kondisi keuangan.sekaligus membuka wacana baru bahwa negara harus punya tabungan, harus punya persediaan angaran yang besar untuk membiayai proyek proyek yang produktif ke depan.

Harus diakui bahwa banyak BUMN tidak mungkin lagi bisa mendapatkan pendapatan (revenue) yang berarti dikarenakan banyak membiayai proyek proyek yang tidak peoperly di masa lalu. Hal ini dihadapi oleh BUMN dalam sektor infrastruktur. BUMN semacam ini mengandalkan proyek-proyek baru sebagai revenue mereka. Sumber angarannya dari utang, penyertaan modal negara dan investasi pemerinah. Sekarang dalam tema pemotongan angaran atau efisiensi semua harus berubah haluan 180 derajat. Tidak ada tambahan utang, tidak ada peyertaan modal negara lagi yang selama ini menjadi sumber kebocoran.

Sementara BUMN energi terutama migas juga mengandalkan capex yang didanai utang dan obligasi sebagai sumber uang. Hal ini dikarenakan BUMN energi menghadapi banyak pelemahan terkait produksi migas yang menurun, kilang yang merugi, akusisi ladang migas yang gagal, pebelian aset migas tidak produktif dan lain sebagainya. Sekarang harus mengubah tema yakni penghematan, mengurangi belanja, membayar penuh deviden kepada negara. Semua keuntungan ini akan disimpan sebagai cadangan keuangan negara untuk membiayai program dan proyek produktif. Tapi omon onon, proyek apa ya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *