Spirit  

Setiap Manusia Suka Belajar Semenjak Lahir

Syahril Syam, ST., C.Ht., L.NLP *)

Oleh: Syahril Syam *)

Setiap manusia yang terlahir ke dunia akan ada pada dirinya program bawaan lahir. Seperti halnya setiap HP atau komputer yang dibeli, maka padanya selalu ada program bawaan. Saat ini jika kita membeli HP maka program bawaannya bisa berupa iOS atau Android, yang merupakan sistem operasi dasar pada setiap HP. Adapun program-program lain yang ada di HP merupakan program tambahan yang kita instal ke dalam sistem operasi dasar.

Manusia memiliki dua sistem operasi dasar yang merupakan bawaan semenjak lahir. Artinya kita diciptakan dengan program bawaan tersebut. Program operasi bawaan yang pertama mengacu pada kecenderungan jasmaniah kita, dan yang kedua berupa sistem operasi dasar pada jiwa kita, yang bersifat ruhaniah. Tidak ada seorang pun yang mengajarkan kepada setiap bayi yang baru lahir untuk menangis di saat lapar. Artinya, menangis sebagai sebuah program bawaan yang berfungsi sebagai isyarat akan adanya kecenderungan jasmani yang mesti dipenuhi. Berbagai tendensi untuk makan, minum, seks, dan keinginan akan benda-benda adalah program dasar bawaan kita semenjak lahir yang mengacu pada aspek jasmaniah.

Berbeda dengan kecenderungan jasmaniah, kita sebagai manusia juga memiliki program dasar bawaan yang bersifat ruhaniah. Salah satunya adalah tendensi untuk memahami dan mengetahui sesuatu. Tendensi ini biasanya aktif saat masa kanak-kanak, dimana seorang balita mulai bisa bergerak sendiri. Dan program bawaan ini akan selalu ada pada diri kita hingga akhir hayat. Dengan kata lain, dorongan dan motivasi untuk memahami dan mengetahui sesuatu akan selalu ada pada diri kita selamanya. Karena ini adalah program dasar yang merupakan sistem operasi ruhani kita. Artinya kita semenjak lahir telah memiliki program untuk suka belajar. Rasa penasaran yang kita rasakan merupakan bukti nyata bahwa kita selalu ingin mempelajari sesuatu yang tidak kita ketahui.

Setiap kali kita menggunakan daya ini (tendensi untuk belajar), maka semakin meluas pula pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan. Dan setiap kali bertambah pemahaman dan konsepsi mental kita atas sesuatu, maka semakin bertambah besar pula ketidaktahuan kita atas banyak hal dan masalah-masalah lainnya yang belum tersingkap. Program dasar ruhani ini merupakan sarana pemuasan atas tendensi fitri (rasa keingintahuan). Dalam tinjauan otak juga jelas terbukti bahwa otak kita tidak akan pernah mati (mengalami kebuntuan berpikir) selama kita masih terus belajar. Otak akan senantiasa menjadi pendukung utama dalam pelaksanaan program “suka belajar” pada diri kita.

Karena program bawaan “suka belajar” ini merupakan program yang bersifat ruhani, maka tendensi ini akan terus mendorong kita untuk bisa memahami semua yang ada di alam materi hingga non materi (metafisika). Program operasi ruhani kita pada dasarnya akan membimbing kita untuk berjalan menuju kesempurnaan hakiki yang tak lagi terbatasi oleh batasan materi. Seperti halnya rasa lapar mengarahkan kita menuju kepada makanan, maka dahaga ruhani akan mendorong kita untuk menggapai Sang Maha Sempurna melalui penemuan hikmah dari tendensi “suka belajar”. Itulah sebabnya, kedua program dasar bawaan kita – baik kecenderungan jasmaniah maupun ruhani – memiliki bentangan ke arah yang tanpa batas. Dahaga jasmani maupun ruhani tak akan pernah terpuaskan.

Sayangnya program bawaan “suka belajar” ini – pada kebanyakan anak – mengalami ketertutupan dikarenakan ditutupi oleh program baru yang tercipta melalui interaksi dengan orang tua, keluarga dekat, sekolah, dan lingkungan sekitar. Program “suka belajar” masih tetap ada, tetapi tertutupi oleh program lain yang sifatnya justru menjadi penghambat belajar. Adanya imprint destruktif dari orang tua, keluarga dekat, pihak sekolah, dan lingkungan sekitar yang suka berkata “bodoh” kepada seorang anak, akan membuat ia pada akhirnya merasa tidak layak untuk belajar. Dan begitu banyak program-program baru yang sifatnya bukan bawaan lahir – karena terinstal saat mengalami interaksi kehidupan – yang ternyata berisi program virus, sehingga cenderung mengganggu program “suka belajar” pada diri manusia.

@pakarpemberdayaandiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *