Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Biji Kopi, KemenKop UKM Dorong Koperasi Produsen Kopi Masuk PMO Kopi Nusantara

Guna meningkatkan kualitas dan kuantitas biji kopi dalam negeri, Kementerian Koperasi dan UKM mendorong koperasi-koperasi produsen kopi masuk dalam program Project Management Office [PMO] Kopi Nusantara yang sudah diluncurkan Kementerian BUMN [Foto ilustrasi Kompas.com]

MAJALAHCEO.co.id, Jakarta – Guna meningkatkan kualitas dan kuantitas biji kopi dalam negeri, Kementerian Koperasi dan UKM mendorong koperasi-koperasi produsen kopi masuk dalam program Project Management Office [PMO] Kopi Nusantara yang sudah diluncurkan Kementerian BUMN .

Sekretaris KemenKop UKM, Arif Rahman Hakim, saat berdialog dengan Pengurus Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah di Subang mengatakan, kementeriannya memiliki program yang sejalan dengan PMO, yakni program Korporatisasi Petani.

Melalui program tersebuit, para petani yang memiliki lahan sempit dikelompokkan ke dalam wadah koperasi agar bisa masuk skala ekonomi.

“ Untuk itu, skema PMO bisa diterapkan pada kopeasi, termasuk petani kopi. Dan Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah di Subang ini saya yakin bisa masuk ke dalam skema PMO,” kata Arif dalam siaran persnya, dikutip dari Antara, Sabtu [30/3]

Arif menyebut, Project Management Office (PMO) Kopi Nusantara adalah sebuah inisiatif kolaboratif yang diluncurkan oleh Kementerian BUMN pada 2022. PMO ini bertujuan untuk membangun dan mengembangkan ekosistem kopi nasional secara terintegrasi dan berkelanjutan.

PMO Kopi Nusantara melibatkan berbagai pihak yakni entitas perusahaan pelat merah dan swasta nasional, asosiasi, dan lembaga penelitian dan pengembangan.

Arif meyakini skema PMO bakal meningkatkan produktivitas petani kopi melalui Korporatisasi Petani.

Arif menambahkan, saat ini terdapat beberapa tantangan dalam sistem rantai pasok kopi di dunia, di antaranya hambatan tarif, ketatnya persaingan dan persyaratan untuk masuk ke pasar global, dan beberapa persyaratan sertifikasi berkelanjutan.

“Namun, kami optimistis melalui sinergi dan kerja sama seluruh pihak dalam payung PMO Kopi Nusantara, Indonesia mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas biji kopi,” ucap Arif.

Apalagi PMO Kopi Nusantara mengembangkan berbagai program pendampingan dan mendorong terciptanya ekosistem bisnis yang berkelanjutan dengan target peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani kopi di tanah air.

Bagi PMO, pendampingan kepada petani, menjadi langkah untuk meningkatkan kapasitas produksi kopi karena 96,1 persen lahan kopi merupakan lahan milik petani rakyat.

Langkah yang dilakukan PMO Kopi Nusantara untuk mencapai target itu adalah menerapkan strategi holistik dalam proses pendampingan kepada petani, mulai dari aspek pengolahan budidaya tanaman berkelanjutan; informasi dan pendampingan budidaya pertanian; digital farming dan mekanisasi pertanian; akses permodalan dan perlindungan risiko pertanian; pengembangan sosial masyarakat petani dan bisnis inklusif; kemitraan pertanian pasar.

Saat ini, PMO Kopi Nusantara sudah memiliki sembilan proyek percontohan di enam wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Total lahan yang difasilitasi hingga saat ini lebih dari 6.500 hektare yang dikelola oleh 2.500 petani.

Dalam proses pendampingan ini, PMO Kopi Nusantara melibatkan BUMN produsen pupuk, perkebunan, perbankan, asuransi, perdagangan, serta pemerintah daerah.

“Jadi, ekosistem bisnis-nya sudah ada. Diharapkan koperasi kopi masuk ke dalam rantai pasok sehingga mampu menjadi market leader di pasar internasional,” tutur Arif.

Melalui PMO Kopi Nusantara ini, Arif berharap akan terbentuk ekosistem industri kopi Indonesia yang dapat mensejahterakan seluruh kelompok, khususnya para petani.

Sumber: Antara

[nug/red]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *