Oleh: Syahril Syam *)
Ada sebagian kecil orang yang mengalami CIPA (Congenital Insensitivity to Pain with Anhidrosis), yaitu mereka yang tidak merasakan nyeri samasekali akibat tidak memiliki gen SCN9A. Mereka mengalami gangguan saraf, sehingga tidak mampu mengirim sinyal rasa sakit ke otak mereka. Mungkin ini sebuah keajaiban karena mereka yang mengalaminya, tidak akan pernah merasa sakit walau dipukul sekeras apapun; juga tidak akan pernah merasa takut karena tidak ada sesuatupun yang bisa menyakiti mereka. Tidak ada lagi dokter yang bisa menakuti mereka.
Tapi inilah kondisi yang paling membahayakan. Kenapa? Karena mereka tidak akan pernah tahu bahwa tubuhnya mengalami masalah sedikitpun, sampai tubuhnya sudah tidak mampu lagi beraktifitas. Bayangkan saja jika mereka mengalami benturan dan memar, atau mengalami patah tulang, atau kerusakan organ tubuh. Karena mereka tidak merasa sakit, maka tidak akan pernah tahu bahwa tubuhnya mengalami kerusakan; sampai kerusakan itu menghancurkan mereka.
Itulah sebabnya, penderita CIPA banyak yang tidak berumur panjang karena mengalami banyak kerusakan pada tubuh, namun terlambat untuk diatasi. Gambaran ini memberikan kita hikmah bahwa merasakan sakit di hati akibat adanya masalah itu penting. Rasa sakit di hati menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dan mesti segera diselesaikan. Dan untuk bertransformasi menjadi lebih baik, kadang disebabkan oleh adanya masalah yang ingin diselesaikan.
Jadi menghindari masalah karena tidak ingin merasa sakit di hati adalah kekeliruan. Begitupula selalu berharap hidup tanpa punya masalah adalah hal yang naif. Karena masalah dan efek sakitnya di hati adalah jalan dan sebuah peluang bagi lahirnya kemudahan dan kebahagiaan. Masalah menjadi sinyal bagi jiwa agar melakukan perbaikan diri; agar melakukan transformasi kesadaran diri. Bukankah dibalik malam yang gulita pasti ada terang yang menghangatkan jiwa?
@pakarpemberdayaandiri
