Spirit  

Lifespan atau Healthspan

Syahril Syam

Oleh: Syahril Syam *)

Lifespan dan Healthspan adalah dua konsep yang sering dibahas dalam konteks penuaan dan kesehatan. Lifespan (Usia Hidup) merujuk pada jumlah total tahun yang seseorang jalani, yaitu panjang umur hidup seseorang dari lahir hingga meninggal dunia. Ini adalah ukuran waktu yang dihitung secara statistik. Lifespan hanya menghitung berapa lama seseorang hidup, tanpa mempertimbangkan kualitas hidup selama periode tersebut. Seseorang bisa memiliki umur yang panjang namun mengalami penyakit atau keterbatasan fisik yang signifikan di akhir hidupnya.

Sedangkan Healthspan (Usia Harapan Hidup yang Sehat) mengacu pada jumlah tahun dalam hidup seseorang yang dijalani dalam keadaan sehat, aktif, dan bebas dari penyakit kronis. Ini adalah periode kehidupan dimana seseorang dapat menikmati kualitas hidup yang baik, bebas dari kecacatan atau penyakit serius. Healthspan lebih menekankan pada kualitas hidup daripada hanya panjang umur. Seseorang yang memiliki healthspan yang panjang tidak hanya hidup lama, tetapi juga tetap sehat, aktif, dan dapat menikmati kehidupannya tanpa banyak masalah kesehatan.

Dr. Peter Attia dalam bukunya “Outlive: The Science and Art of Longevity”, membahas tentang cara-cara meningkatkan usia harapan hidup yang sehat (healthspan), bukan hanya memperpanjang usia secara statistik (lifespan). Ia juga menekankan bahwa kesehatan fisik dan umur panjang dengan kualitas hidup yang baik, tidak dapat dicapai dengan optimal jika kita hanya fokus pada aspek fisik tanpa memperhatikan kesehatan emosional dan mental. Ia mengungkapkan bahwa usaha untuk menjaga tubuh tetap sehat dan memperpanjang umur yang panjang (longevity) tanpa memperhatikan kesehatan emosional bisa menjadi “kutukan terbesar” karena ada dampak negatif yang signifikan pada kesejahteraan secara keseluruhan.

Kesehatan fisik dan kesehatan emosional saling terkait dan saling memengaruhi. Dr. Attia berpendapat bahwa meskipun seseorang dapat mencapai kesehatan fisik yang luar biasa – misalnya dengan olahraga yang teratur, pola makan yang baik, dan kebiasaan sehat lainnya – jika mereka mengabaikan kesehatan emosional, hal tersebut dapat mengurangi manfaat dari upaya fisik mereka dan bahkan mempercepat penuaan fisik.

Stres kronis yang tidak terkelola dapat menyebabkan reaksi fisiologis di dalam tubuh yang merusak, yang berhubungan dengan peningkatan peradangan dan penurunan fungsi imun. Ini bisa memperburuk kondisi kesehatan fisik dan memperpendek healthspan. Kondisi emosional seperti depresi dan kecemasan juga dapat memiliki dampak yang sangat besar pada kesehatan fisik. Dr. Attia menekankan bahwa pengabaian kesehatan emosional dapat memengaruhi pola hidup seseorang secara keseluruhan.

Ketika seseorang tidak memiliki keseimbangan emosional yang sehat, mereka lebih rentan untuk membuat keputusan yang buruk mengenai kesehatan fisik mereka, seperti mengabaikan olahraga, pola makan yang tidak sehat, atau kurang tidur. Banyak orang mengatasi perasaan atau stres dengan makan berlebihan atau memilih makanan yang tidak sehat, atau merasa cemas dan tertekan menyebabkan hadirnya perasaan lelah secara emosional dan kurang termotivasi untuk melakukan aktivitas fisik yang dapat meningkatkan kesehatan jangka panjang.

Stres adalah reaksi tubuh terhadap ancaman atau tantangan, yang normalnya bersifat sementara. Namun, stres kronis atau berkelanjutan – seperti stres yang datang dari masalah pekerjaan, hubungan, atau keuangan – akan berdampak buruk pada tubuh dalam jangka panjang. Dr. Attia menyebutkan bahwa peradangan yang terjadi akibat stres kronis ini dapat mempercepat penuaan fisik, membuat seseorang tampak lebih tua dan lebih rentan terhadap penyakit.

Jadi, meskipun seseorang menjaga tubuh fisiknya tetap sehat, stres yang berlebihan dan tidak dikelola dengan baik justru bisa memperpendek healthspan (usia sehat) mereka. Begitu juga dengan depresi dan kecemasan yang dapat menyebabkan gangguan tidur, yang sangat penting untuk pemulihan tubuh. Kurang tidur bisa memengaruhi kemampuan tubuh untuk memperbaiki diri, menjaga keseimbangan hormon, dan mengatur energi, yang semuanya berkontribusi pada kesehatan jangka panjang.

Meskipun menjaga kesehatan fisik itu penting, mengabaikan aspek emosional adalah kesalahan besar. Ketika kesehatan emosional tidak diperhatikan, efek negatifnya dapat memperburuk atau bahkan membatalkan manfaat dari kebiasaan sehat yang kita lakukan untuk tubuh. Jadi, ketika seseorang berfokus hanya pada diet dan olahraga tetapi tidak mengelola stres atau menjaga keseimbangan emosional, mereka tidak akan merasakan manfaat penuh dari upaya fisik mereka.

Dr. Attia berpendapat bahwa kesehatan mental yang kuat adalah fondasi untuk menjaga keberhasilan kesehatan fisik. Ketika kita merasa baik secara emosional, maka lebih mungkin untuk membuat keputusan sehat dalam hidup kita, memiliki energi untuk berolahraga, dan menjaga pola makan yang baik. Kesehatan emosional memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai longevity yang sebenarnya, yaitu memperpanjang healthspan (usia harapan hidup yang sehat) dan bukan sekadar lifespan (rentang hidup secara statistik).

@pakarpemberdayaandiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *