Oleh: Syahril Syam *)
Salah satu penyebab kecemasan pada anak adalah orang tua. Dan biasanya anak tersebut ketika dewasa dan memiliki anak, maka ia pun menjadi sebab bagi munculnya kecemasan pada anaknya. Tentu saja tidak semua orang tua menjadi penyebab atas munculnya kecemasan pada anak. Kenapa bisa sebagian besar orang tua menjadi salah satu sebab munculnya kecemasan pada anak? Jawabannya adalah hasrat orang tua yang tersampaikan secara keliru. Semua orang tua sudah pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Hanya saja kebanyakan orang tua keliru dalam menyampaikan harapan terbaiknya kepada si anak.
Ada begitu banyak yang biasa konsultasi dan curhat kepada penulis dengan topik curhat terkait perasaan tidak nyamannya yang dirasakannya ketika memikirkan hasil atau targetnya. Mereka umumnya merasa agak ragu dan khawatir terkait bagaimana hasil atau target yang akan diperolehnya nanti. Ternyata tanpa mereka sadari, mereka berpikir dan merasa dengan pola mindset tetap. Carol Dweck dalam bukunya “Mindset: The New Psychology of Success”, mengidentifikasi dua jenis pola pikir utama yang memengaruhi bagaimana individu menghadapi tantangan dan meraih pencapaian: mindset tetap (fixed mindset) dan mindset berkembang (growth mindset).
Orang dengan pola pikir fixed mindset (pola pikir tetap) sangat fokus pada hasil akhir. Mereka ingin sekali mendapatkan hasil yang sempurna atau terbaik, karena mereka merasa bahwa prestasi itu adalah bukti sejauh mana kemampuan mereka (fokusnya hanya pada kemampuan dan bukan pada usaha/proses). Jika orang seperti ini sedang ujian, maka mereka cenderung berfokus hanya pada mendapatkan nilai 100 tanpa peduli dengan proses belajarnya. Mereka akan merasa sangat puas dan bangga jika berhasil mendapat nilai A, tetapi jika mereka hanya mendapatkan nilai B, mereka bisa merasa sangat kecewa dan meragukan kemampuan mereka.
Karena sangat terfokus pada hasil akhir dan pengakuan dari luar, orang dengan pola pikir tetap cenderung lebih mudah stres. Mereka merasa tertekan untuk selalu menunjukkan bahwa mereka bisa berhasil dan mendapatkan pengakuan. Ketika mereka gagal atau tidak mendapatkan hasil yang diinginkan, mereka merasa seperti gagal secara pribadi, yang membuat mereka merasa terancam. Bagi orang dengan pola pikir tetap, kesalahan bukan hanya hal yang bisa dihindari, tetapi sesuatu yang harus dijauhi karena bisa mencoreng reputasi mereka. Mereka melihat kesalahan sebagai tanda bahwa mereka tidak memiliki kemampuan yang cukup. Akibatnya, mereka bisa merasa sangat terancam atau malu jika melakukan kesalahan.
Dan karena berdasarkan garis waktu, hasil atau target itu berada di masa depan, maka ketika mereka terlalu fokus pada hasil cenderung membuat mereka rentan terhadap kecemasan. Ketika seseorang terlalu fokus pada apa yang akan terjadi di masa depan, mereka seringkali merasa terbebani oleh ekspektasi atau harapan yang mereka buat sendiri, yang akhirnya mengarah pada stres dan kecemasan. Dengan terlalu fokus pada masa depan, seringkali muncul perasaan takut gagal. Ketika seseorang berpikir hanya tentang hasil akhir, mereka lebih rentan merasa terancam oleh kegagalan. Rasa takut ini berasal dari ketakutan bahwa segala usaha dan pengorbanan mereka akan sia-sia jika mereka tidak mencapai tujuan tersebut.
Orang tua menjadi salah satu penyebab kecemasan pada anak ketika tekanan yang diberikan orang tua kepada anak untuk mencapai hasil tertentu, seperti mendapatkan nilai tinggi atau meraih prestasi tertentu, selalu rutin disampaikan kepada anak. Ketika orang tua terus-menerus menekankan pentingnya hasil tertentu, anak menjadi sangat fokus pada pencapaian itu dan merasa tertekan untuk mencapainya. Anak merasa bahwa mereka harus memenuhi ekspektasi orang tua, yang seringkali menempatkan mereka dalam posisi yang cemas karena mereka khawatir gagal atau tidak bisa memenuhi harapan tersebut.
Ketika terlalu fokus pada hasil, anak-anak cenderung mengabaikan proses belajar yang sebenarnya jauh lebih penting. Mereka hanya mengutamakan cara tercepat dan termudah untuk mencapai hasil yang diinginkan, tanpa benar-benar memahami materi atau menikmati pembelajaran itu sendiri. Hal ini bisa membuat anak merasa bahwa mereka hanya belajar untuk memenuhi harapan orang lain, bukan untuk perkembangan diri mereka sendiri. Ketika anak-anak didorong untuk hanya fokus pada hasil, mereka cenderung mengembangkan mindset tetap (fixed mindset), yang menganggap kemampuan mereka terbatas dan tidak dapat berkembang. Mereka menjadi takut gagal dan menghindari tantangan, karena mereka melihat kegagalan sebagai bukti bahwa mereka tidak cukup pintar atau mampu. Ini menghambat perkembangan mereka, karena mereka tidak melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh.
Kecemasan seringkali muncul ketika kita terlalu fokus pada hasil yang belum tentu tercapai. Ketika kita terlalu terikat pada pencapaian target atau hasil akhir, kita bisa merasa cemas karena kita tidak tahu apakah kita bisa mencapainya. Dengan mengalihkan fokus kita dari masa depan yang penuh ketidakpastian dan mulai menghargai proses dan usaha yang kita lakukan di saat ini, kita bisa lebih menikmati perjalanan yang kita jalani. Hal ini bukan berarti mengabaikan tujuan, tetapi lebih kepada menemukan keseimbangan antara berusaha keras dan menikmati proses yang ada.
@pakarpemberdayaandiri