Spirit  

Uang Kekuasaan, dan Jati Diri

Syahril Syam, ST., C.Ht., L.NLP *)

Oleh: Syahril Syam *)

Benarkah uang dan kekuasaan bisa merubah seseorang? Sepertinya begitulah yang banyak diasumsikan oleh orang-orang bahwa seseorang bisa berubah dari baik menjadi buruk hanya karena telah memiliki banyak uang atau telah berada pada level kekuasaan yang lumayan tinggi. Namun ternyata Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw justru berkata, “Kewenangan, kekuasaan dan kekayaan tidak mengubah seseorang, namun mengungkap siapa dia sebenarnya.”

Senada dengan itu, pakar NAC dan trainer kelas dunia yang telah menginspirasi puluhan juta orang, Anthony Robbins berkata, “Uang tidak bisa mengubah siapa kita, yang ia lakukan adalah memperbesar sifat sejati kita. Jika Anda kejam dan egois, Anda dapat menjadi lebih kejam dan egois dengannya. Jika Anda bersyukur dan penuh kasih, maka Anda akan menjadi lebih menghargai dan berbagi.”

Setiap manusia memiliki dua sistem operasi dasar. Yang pertama berkenaan dengan sistem operasi tubuh dan yang satunya terkait dengan sistem operasi ruhani. Ini karena manusia pada hakikatnya terdiri dari dua substansi, yaitu materi (tubuh) dan non materi (jiwa/ruh). Walau terdiri dari dua substansi, namun pada dasarnya tubuh dan jiwa/ruh adalah satu kesatuan yang dapat dilihat dari sudut pandang gradasi eksistensi. Artinya manusia adalah satu kesatuan yang tunggal, namun memiliki beberapa potensi.

Ada potensi tubuh, jiwa, dan ruh. Dan level yang paling rendah adalah tubuh, sedangkan yang paling tinggi adalah ruh. Jiwa sendiri berada di antara keduanya dan mengalami dinamika pergerakan sesuai dengan potensi mana yang dominan teraktual. Dengan kata lain, tubuh adalah dimensi terluar (yang nampak), jiwa adalah dimensi batin, dan ruh adalah dimensi batinnya batin.

Ibarat HP yang memiliki sistem operasi dasar berupa Android atau iOS, maka pada sistem operasi dasar ini ada dua jenis program yang bisa bekerja, yaitu program yang berada pada level rendah berupa program virus dan sejenisnya, dan yang berada pada level tinggi berupa program-program yang bisa meningkatkan kinerja HP dan pengguna HP.

Dan baik Android ataupun iOS akan bekerja pada semua jenis program manapun. Sistem operasi tubuh senantiasa bekerja demi memenuhi kepuasan-kepuasan tubuh dan karenanya berkaitan dengan segala sesuatu yang juga bersifat materi. Di sinilah fungsi uang dan kekuasaan yang digunakan sebagai sarana memenuhi kepuasan tubuh semata. Dalam konteks neurosains, ada dorongan emosional yang begitu kuat, yang mendorong untuk segera terpenuhinya kebutuhan tubuh.

Di otak kita ada dua sistem yang bekerja dengan fungsi berbeda. Ada sistem bottom-up dan top-down. Penggunaan frasa “bottom-up” merupakan pilihan frasa yang menjelaskan cara kerja sistem saraf di bagian bawah otak kita. Begitu juga pada frasa “top-down” adalah frasa yang menjelaskan aktivitas mental kita terutama pada otak atas kita (neo-korteks) yang bisa memantau dan memaksakan tujuannya pada sistem bawah otak kita (bottom-up).

Saat kita secara sadar mengarahkan fokus dan konsentrasi kita untuk melakukan suatu hal baru, maka hal ini dilakukan oleh model top-down, hingga kemudian kita terbiasa melakukannya, maka pada saat itu kebiasaan itu dilakukan oleh model bottom-up. Artinya, ketika seseorang membentuk kebiasaannya dan kebiasaan untuk hanya sekadar memenuhi kebutuhan tubuh semata, maka sistem bottom-up akan membuat seseorang secara emosional tergantung pada segala hal yang berbau materi.

Namun sebaliknya, ketika kita melatih diri kita berdasarkan kecenderungan ruhani, maka semua hal yang berupa materi akan sepenuhnya digunakan untuk menaikkan level kemanusiaan kita. Kita memang makan untuk kebutuhan diri sendiri (memenuhi kebutuhan tubuh), tapi disaat yang sama kita juga memikirkan dan peduli dengan kebutuhan orang lain. Uang dan kekuasaan pada gilirannya digunakan bukan lagi hanya sekadar memenuhi perasaan egois, namun digunakan untuk memenuhi kebutuhan orang lain yang dilandaskan pada keadilan sosial dan nilai-nilai kemanusiaan.

Jadi pada dasarnya, uang dan kekuasaan bisa digunakan untuk menjadi lebih buruk atau bisa juga digunakan untuk menjadi lebih baik. Sehingga bukan uanglah yang mengubah diri kita, tetapi justru uang dan kekuasaan yang menunjukkan siapa jati diri kita sesungguhnya. Dan jati diri kita adalah diri kita yang kita latih selama bertahun-tahun.

Dengan kata lain, jati diri kita adalah kebiasaan-kebiasaan yang kita ciptakan berdasarkan kecenderungan tubuh atau kecenderungan ruhani. Dan kemanapun arah kebiasaan kita, maka disitu pulalah hati kita terpaut. Jadi bisa saja seseorang nampak baik di luar, namun ia tidak bisa membohongi keterpautan hatinya sendiri, apakah terpaut pada kecenderungan tubuh atau terpaut pada kecenderungan ruhani; apakah terpaut pada perasaan egois atau pada nilai-nilai kemanusiaan.

@pakarpemberdayaandiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *