Spirit  

Harapan Yang Melahirkan Kekecewaan

Syahril Syam

Oleh: Syahril Syam *)

Mungkin jarang diketahui bahwa terjadinya mabuk darat, laut, atau udara pada seseorang dikarenakan karena harapan. Adalah neurotransmitter dopamin yang bertugas membuat kita belajar tentang pola-pola kehidupan. Bagian otak yang bernama prefrontal korteks (bagian otak yang berada di belakang dahi) adalah bagian otak yang selalu memindai setiap detik kehidupan kita.

Bagian ini ibarat mata ketiga kita yang selalu memantau setiap detik kehidupan kita. Seperti yang kita ketahui, otak kita bekerja dengan cara menciptakan hubungan-hubungan antar sel otak (neuron). Hubungan antar neuron ini tercipta dengan bantuan sejenis zat kimia yang disebut neurotransmitter yang berfungsi menyampaikan pesan dari satu syaraf ke syaraf lainnya. Salah satu neurotransmitter di dalam otak kita adalah dopamin. Dopamin ini merupakan neurohormon yang berperan mengatur emosi-emosi kita, yakni senyawa molekul yang menciptakan perasaan-perasaan kita.

Jika dopamin diproduksi dalam jumlah yang banyak, maka kita akan merasa senang dan bahagia. Akan tetapi, jika jumlah dopamin berkurang di dalam otak, kita akan merasa sedih dan kecewa. Saat seseorang mulai mengharapkan sesuatu, maka telah muncul sejumlah gambaran dan tentunya perasaan senang. Dopamin membantu kita untuk memprediksi sesuatu bahwa kemungkinan seperti apa yang diharapkan. Ada harapan yang tercipta saat kita mulai membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang kita inginkan terjadi. Proses ini seringkali terjadi otomatis pada diri kita.

Suami atau istri yang mengharapkan suatu tindakan tertentu dari pasangannya, baik itu berupa hal sepele – seperti berharap ia menyambutku di depan pintu rumah saat aku pulang, berharap adanya kopi yang telah tersaji di pagi hari, berharap ia mengerti yang kurasakan, berharap ia mengganti tabung gas yang telah habis isinya, berharap ia memelukku – hingga mengharapkan hal-hal yang lebih besar dan menentukan nasib kehidupan rumah tangga.

Begitu pula harapan orang tua kepada anak, anak kepada orang tuanya, antar sesama teman, kepada siapapun, bahkan harapan kepada kendaraan yang bergerak agar gerakannya sesuai dengan pola yang diinginkan. Untuk yang terakhir ini, seseorang mabuk kendaraan karena pola gerakan kendaraan tidak sesuai yang diharapkan sehingga mengacau sistem prediksi seseorang dan akhirnya menyebabkan terjadinya mabuk kendaraan.

Pada dasarnya, kita senantiasa selalu berharap dan terjadi secara otomatis. Jika harapan terhadap pola gerakan kendaraan bisa menyebabkan seseorang mabuk kendaraan karena pola gerakan kendaraan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka berbagai harapan-harapan yang rutin terjadi mengakibatkan lahirnya kekecewaan-kekecewaan kecil yang juga rutin terjadi ketika tidak terjadi sebagaimana yang diharapkan. Inilah yang membuat seseorang tanpa sadar menumpuk berbagai perasaan kecewa. Terlalu sering berharap dan akhirnya terlalu sering juga mengalami kekecewaan.

Mungkin itu sebabnya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, berkata, “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” Perkataan beliau sangat mengena dengan rutinitas kehidupan kita. Setiap hari – tanpa disadari – seseorang cenderung mengalami kekecewaan rutin. Padahal fungsi dopamin dalam menghadirkan rasa kecewa ketika yang diharapkan tidak terjadi adalah agar kita bisa belajar dari kehidupan ini.

Kita bisa belajar untuk lebih memahami pasangan, orang tua, anak, teman, dan kehidupan. Dan bukan dengan setiap hari menumpuk kekecewaan hingga akhirnya merusak diri sendiri. Makanya Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw memberikan nasehat kepada kita agar tidak menumpuk perasaan kecewa di hati dengan nasehat: “Apabila sesuatu yang kau senangi tidak terjadi maka senangilah apa yang terjadi.”

@pakarpemberdayaandiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *