Oleh: Syahril Syam *)
Ada yang menarik dari anak ayam yang baru menetas. Seperti biasa, ketika anak ayam baru menetas, maka anak-anak ayam akan menginduk pada induknya, terikat dengannya dan mengikutinya berkeliling. Tapi jika induknya tidak ada saat anak ayam menetas, maka mereka akan menginduk pada benda bergerak pertama yang mereka temui. Misalnya, jika anak ayam pertama kali melihat manusia, ia akan mengikuti manusia itu dengan cara yang sama. Dengan kata lain, anak-anak ayam yang baru menetas, secara alamiah, memiliki niat yang kehadirannya bersifat otomatis dalam mengikuti (menginduk) pada sesuatu yang bergerak.
René Peoc’h, Ph.D., peneliti Perancis, mendemonstrasikan kekuatan niat dengan anak ayam yang baru menetas. Peoc’h menciptakan jenis khusus generator peristiwa acak yakni sebuah robot terkomputerisasi yang akan berputar secara acak saat bergerak di sekitar arena, bergerak ke kanan 50 persen dari waktu ke waktu dan ke kiri 50 persen. Sebagai kontrol, dia pertama kali merekam jalur robot di arena tanpa ada anak ayam. Dia menemukan bahwa seiring waktu, si robot mengitari sebagian besar arena secara merata. Kemudian Peoc’h mengekspos anak ayam yang baru menetas kepada si robot.
Seperti yang telah diduga, anak ayam tersebut menginduk pada si robot seolah-olah robot tersebut adalah induknya dan mengikuti si robot ke seluruh arena. Ada ikatan yang terjadi antara anak ayam yang baru menetas dengan si robot melalui hadirnya niat alamiah pada anak ayam. Setelah anak-anak ayam itu menginduk kepada si robot, Peoc’h mengeluarkan mereka dari arena dan menempatkannya di sebuah sangkar di satu sisi arena, di mana mereka bisa melihat robot itu tetapi tidak bisa bergerak ke arahnya. Jadi sangkar anak ayam bersisian dengan arena yang ditempati si robot, namun anak ayam tidak bisa mendekati si robot karena berada di dalam sebuah sangkar.
Sungguh ajaib, karena ternyata niat alamiah pada anak-anak ayam untuk dekat dengan apa yang mereka yakini sebagai induk mereka (dalam hal ini si robot), ternyata memengaruhi gerakan acak si robot. Jika sebelum adanya anak-anak ayam si robot bergerak secara merata ke seluruh arena, maka kali ini gerakan si robot justru lebih banyak mengarah ke anak ayam. Si robot berada di setengah arena yang paling dekat dengan anak-anak ayam. Sebuah robot yang terkomputerisasi ternyata bisa dipengaruhi oleh ikatan alamiah yang tercipta dengan anak ayam yang baru menetas.
Kita sebagai manusia senantiasa terikat dengan sesuatu. Dan itu biasanya ditandai dengan perasaan kita yang begitu kuat dengan sesuatu tersebut. Ikatan itu bisa dengan orang tua, pasangan, anak, pekerjaan, uang, kesulitan, kemudahan, kemiskinan, atau kelimpahan. Ada perasaan yang sangat kuat yang melalui perasaan itu kita terikat dengan sesuatu. Sayangnya perasaan yang menjadi pengikat pada diri kita seringkali tidak disadari, sehingga seringkali yang terjadi justru hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini disebabkan oleh perasaan yang dirasakan tersimpan di bawah sadar dan ternyata menjadi pengendali dan penguasa dari berbagai perasaan yang ada.
Sebagai contoh, ada begitu banyak orang menginginkan kelimpahan dalam hidupnya. Namun yang terjadi adalah ia justru berada dalam kesulitan hidup. Secara sadar ia menginginkan kelimpahan, akan tetapi di bawah sadar justru tersimpan berbagai perasaan yang menjadi pengikat kesulitan. Dan karena perasaan yang menjadi pengikat kesulitan ini berada di bawah sadar, maka seringkali tidak disadari keberadaannya bahwa perasaan tersebut justru menjadi penguasa dan pengendali dari berbagai perasaan yang ada di bawah sadar.
Perasaan yang menjadi pengikat kesulitan hidup inilah yang sesungguhnya merupakan limiting beliefs (keyakinan-keyakinan penghalang). Karena perasaan ini yang menjadi pengendali dan menghalangi perasaan-perasaan lainnya yang bersifat konstruktif dan sebagai pengikat kelimpahan, sehingga yang hadir bukanlah kelimpahan, melainkan kesulitan yang entah bagaimana seringkali muncul di dalam kehidupan.
@pakarpemberdayaandiri