Oleh: Syahril Syam *)
Ada begitu banyak orang yang mengalami kesulitan tidur di malam hari, dan mereka bukan tipe kelelawar. Karena tipe kelelawar adalah tipe orang yang memang pola tidurnya berganti, dimana malam menjadi siang dan siang menjadi malam. Mereka yang bukan tipe kelelawar dan sulit tidur di malam hari adalah mereka yang pada dasarnya samadengan komputer PC, dimana layarnya sudah off akan tetapi CPU (mesin komputer) masih tetap ON. Otaknya masih berada dalam kondisi aktivitas yang tinggi.
Fakta menunjukkan bahwa otak dan tubuh kita tetap aktif saat kita tidur, hanya saja tidak dalam kondisi aktivitas tinggi. Temuan terbaru menunjukkan bahwa tidur berperan dalam menghilangkan racun di otak yang menumpuk saat kita terjaga. Saat kita tidur, bagian otak yang bernama thalamus bertindak sebagai penyampai informasi dari indra ke korteks serebral (selubung otak yang menafsirkan dan memproses informasi dari memori jangka pendek hingga jangka panjang) agar menjadi tenang, membiarkan kita mengabaikan dunia luar. Namun selama tidur REM (bermimpi), thalamus menjadi aktif, mengirimkan gambar, suara, dan sensasi lain ke korteks yang mengisi mimpi kita. Amygdala yang merupakan struktur berbentuk almond yang terlibat dalam pemrosesan emosi, juga menjadi semakin aktif selama tidur REM.
Dengan kata lain, saat kita tidur, otak kita tidak lagi disibukkan oleh berbagai informasi dari luar diri kita. Otak masih aktif, tetapi tidak dalam kondisi aktivitas tinggi. Namun tiba-tiba, muncullah layar film di mental seseorang dan seperti halnya cuplikan film, muncul juga berbagai kisah-kisah yang terpampang jelas di layar film. Tanpa sadar ia menonton berbagai kisah yang dibuatnya sendiri tanpa bisa dikontrol. Inilah yang membuat otak yang seharusnya tidak lagi melakukan aktivitas tinggi, tiba-tiba harus bekerja ekstra di malam hari. Dan keadaan ini membuat seseorang tidak bisa tidur di malam hari. Ia ingin tidur, tetapi berbagai pikiran muncul dan terus membuatnya tersadar dengan menonton berbagai pikiran tersebut di layar mentalnya.
Inilah kondisi ketika seseorang tidak lagi menjadi pengontrol pikirannya, melainkan ia telah dikontrol oleh pikirannya sendiri. Penting untuk dipahami bahwa setiap kali kita memikirkan sesuatu, maka akan diiringi oleh perasaan yang sesuai dengan yang dipikirkan. Saat pikiran konstruktif maka hadir perasaan konstruktif. Begitu juga sebaliknya, ketika pikiran destruktif maka hadir perasaan destruktif. Perasaan adalah bahasa tubuh dan menjadikan tubuh kita bergerak sesuai dengan perasaan yang dirasakan. Saat perasaan destruktif yang lebih sering membanjiri tubuh seseorang, maka saat itupula tubuhnya telah memiliki pikiran sendiri, karena bergerak otomatis yang sesuai dengan perasaan destruktif yang dirasakan.
Dan karena emosi/perasaan yang ada pada tubuh telah menjadikan tubuh bergerak otomatis dengan menghadirkan sensasi perasaan destruktif seperti cemas, kesepian, stres, marah, merasa bersalah, hingga depresi, maka otak pun akan dibajak dengan menghadirkan berbagai pikiran yang juga akhirnya muncul secara otomatis. Jadi jika sebelumnya kita yang secara sadar memikirkan sesuatu, tapi kemudian perasaan dan pikiran muncul tidak lagi atas kontrol sadar. Itulah sebabnya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw berkata, “Pikiran, jika tak dikendalikan, akan mengendalikan Anda.” Dengan kata lain, kita mesti terus berlatih untuk secara sadar hanya memikirkan dan merasakan perasaan konstruktif di tengah-tengah lebatnya peristiwa yang mungkin saja tidak meng-enakkan hati.
@pakarpemberdayaandiri