Oleh: Syahril Syam *)
Setiap hari dan entah berapa lama, seseorang seringkali memegang sesuatu di dalam pikiran dan hatinya. Bisa berupa percakapan dengan seseorang, perdebatan dengan lawan debat, rasa rindu kepada orang tertentu, suatu pekerjaan yang belum tuntas, masalah yang mengganggu, atau suatu benda yang diinginkan. Dengan begitu banyaknya yang dipegang oleh pikiran dan perasaan, maka beban jiwa sungguh terasa berat. Begitu beratnya seolah membawa begitu banyak barang dalam pegangan tangan yang terbatas.
Inilah yang bisa membuat seseorang sulit tidur, nafsu makan berkurang, mudah capek, gelisah, cemas, stres, hingga depresi. Dampak lainnya adalah kesehatan yang mudah terganggu karena perasaan yang hadir lebih dominan bersifat destruktif. Bahkan hal kecil seperti alergi akan mudah timbul yang disebabkan oleh emosi destruktif, dan bukan karena faktor makanan atau cuaca tertentu (makanan atau cuaca tertentu hanya merupakan pemicu saja).
Apapun yang telah dipegang oleh pikiran dan perasaan, cenderung sulit untuk dilepas. Ini karena kita dengan pikiran dan perasaan kita sendiri adalah satu. Jika itu terjadi pada orang lain, akan mudah bagi kita untuk menasehatinya agar melepaskan segala beban jiwa. Tetapi karena yang mengalami adalah pikiran dan perasaan kita sendiri, sehingga lumayan sulit untuk melepaskannya. Akan terasa seperti ada sesuatu yang berbeda jika kita berusaha melepaskannya. Rasa marah, dendam, sakit hati, ambisi akan sesuatu, hasrat akan suatu benda, perasaan akan kenangan masa lalu, atau kecemasan akan masa depan, semuanya sungguh terasa sulit untuk dilepaskan begitu saja dari pikiran dan hati. Ironisnya, kebanyakan orang justru lebih memilih membawa beban jiwa yang begitu berat dibandingkan melepaskannya.
Kemana pun kaki melangkah, di tempat manapun berada, di waktu kapanpun, beban jiwa ini selalu mengikuti. Karena beban ini selalu ada bersama pikiran dan perasaan, seolah tak ada lagi pikiran dan perasaan lain kecuali hanya beban itu semata. Oleh sebab itu, ringankan jiwa (diri) kita dengan melepaskannya. Bahkan tubuh kita pun akan terasa ringan saat beban jiwa dilepaskan. Dampaknya pun berupa kesembuhan dan kesehatan, perasaan lega, dan berbagai efek positif lainnya.
Cara melepaskan segala beban jiwa dilakukan melalui dua jalur. Pertama, berusaha menciptakan kondisi yang diinginkan sehingga masalah menjadi tuntas. Setiap kekusutan masalah, pasti ada solusinya. Dengan berusaha menciptakan keadaan yang diinginkan, maka perlahan-lahan segala kesulitan bisa teratasi. Kunci utama dalam melakukan cara ini adalah kesabaran. Karena tidak ada satupun yang bisa terjadi pada diri kita kecuali atas pertolongannya, maka mintalah pertolongan Sang Maha Sempurna dengan bersabar dalam berusaha mewujudkan hal-hal yang diinginkan; bersabar dalam mengubah keadaan yang bisa diubah.
Bersamaan dengan jalur pertama, kitapun mesti melakukan jalur kedua, yaitu menemukan ketenangan pikiran dan perasaan, dimana semua beban jiwa yang menumpuk pada pikiran dan perasaan dilepaskan. Adalah shalat yang didirikan secara khusyuk merupakan cara ampuh dalam melepaskan segala beban jiwa.
Kekhusyukkan saat shalat berarti kita berada dalam ketenangan dan relaksasi benak, dan disaat yang sama tenggelam ke dalam Kebesaran Sang Maha Sempurna. Keadaan mental seperti ini akan membentuk jalur saraf di otak dan tubuh kita. Dan jalur saraf ini akan berangsur-angsur mendominan dan akhirnya memutuskan berbagai jalur saraf yang terkait dengan berbagai beban yang dipegang selama ini. Otak yang terkait dengan proses ini akan berubah secara fisik. Bagian-bagian otak yang memproses keadaan mental ini membesar, dan bagian otak yang terkait dengan kegelisahan, stres, dan berbagai beban akan mengecil.
Pada hakikatnya, kita sebagai manusia adalah manifestasi dari Nama-nama Sang Maha Sempurna. Artinya, ketenangan, kedamaian, kenyamanan, dan kebahagiaan batin telah ada pada diri kita. Kita hanya perlu mengaksesnya dengan mendirikan shalat secara khusyuk. Jika selama ini, terlalu banyak waktu dihabiskan untuk menciptakan jalur saraf yang penuh beban jiwa, maka sudah saatnya kita mengakses Kebesaran, Keagungan, Kemuliaan, dan Keindahan Sang Maha Sempurna melalui shalat yang khusyuk.
@pakarpemberdayaandiri