Opini  

Menggapai Berkah Ramadhan, di tengah Keberagaman

Foto ilustrasi

Catatan D. Supriyanto Jagad N *)

Bulan Ramadhan, bulan yang sangat dinantikan seluruh umat Islam sedunia, karena di dalamnya berlimpah banyak berkah, banyak keutamaan yang  diberikan Allah SWT di bulan suci ini. Rasullullah SAW bersabda, “Puasa itu bukanlah sekedar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji.” (Hadits Riwayat Bukhari).

Gemuruh kegembiraan menyambut bulan suci Ramadhan, sangat terasa dari sudut-sudut kota hingga ke pelosok pedesaan.

Sejenak angan saya terbang ke masa kecil, 50 tahun silam. Sebagai anak yang hidup di daerah perdesaan, momentum ramadan menjadi bulan yang istimewa. Untuk menyambutnya saja, kami bersama teman-teman biasanya menyiapkan “long bumbung” sebuah meriam bambu yang bakal digunakan untuk ngabuburit dan menyemarakkan ramadan, di mana saat berbuka puasa, kami dengan penuh suka cita membunyikan long bumbung tersebut, sebagai penanda waktu berbuka.

Selain itu, beberapa teman lainnya juga menyiapkan petasan dari busi bekas atau petasan ketuk dari jari-jari ban sepeda. Tujuannya adalah agar dentumannya membuat ramadan semakin semarak. Maklum, wilayah perdesaan kami saat itu sangat sepi. Jarak antara satu desa dengan desa lainnya cukup berjauhan, dan belum ada listrik waktu itu.

Beberapa hari menjelang ramadan, kami juga mulai membersihkan musala. Sebuah tempat ibadah yang ada di tempat kami. Kala itu, statusnya masih musala, belum menjadi masjid seperti saat ini.

Ketika membersihkan musala, kegiatan yang paling disukai oleh anak-anak adalah mencuci tikar musala di sungai (di desa kami belum ada karpet). Pasalnya, selain mencuci, anak-anak mendapat bonus bermain mengapung menggunakan tikar dan mandi di sungai. Kalau sudah begitu, mencuci tikar menjadi lebih seru dan menyenangkan. Bahkan, anak-anak non muslim sekalipun turut bersuka cita, menyambut bulan suci Ramadhan. Sungguh sikap toleransi yang menyemangati kami untuk menggapai berkah di bulan suci. Namun sayangnya, sikap hidup bertoleransi, saat ini nyaris hilang.

Berpuasa sejatinya bukan hanya menahan diri dari lapar dan dahaga saja, namun juga menahan diri dari perbuatan munkar. Perjuangan berat bukan terletak dari bagaimana kita mampu menahan diri dari makan dan minum saja, namun bagaimana kita dapat mengendalikan diri kita dari nafsu kita. Di sinilah letak perjuangan berat kita untuk menggapai berkah Ramadhan.

Keberagaman adalah bagian dari kondisi sosial yang tak dapat kita tolak. Keberagaman mengajarkan kita pada nilai-nilai insani untuk dapat saling menerima kondisi dan mengendalikan diri kita dengan menahan diri kita melalui self control yang kita bangun dalam memperlakukan orang lain di sekitar kita. Keberagaman adalah bagian penting di mana hak asasi kita dibatasi oleh hak asasi orang lain, sehingga kita dimampukan oleh kondisi sosial untuk dapat mengendalikan diri kita dari nafsu, keinginan, ego, dan berbagai kepentingan diri.

Kita ketahui bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia, dan tentunya tujuan kita berpuasa adalah untuk mencapai ketaqwaan dan ketaqwaan itu adalah setinggi-tinggi derajat manusia.

Di tengah carut marut persoalan bangsa dan dinamika politik yang mengemuka, usai perhelatan pesta demokrasi, hendaknya bulan suci Ramadhan ini, sebagai momentum untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan, memperkokoh silaturahmi tanpa harus dibebani persolan karena perbedaan pilihan politi atau perbedaan keyakinan. Keberagaman merupakan elemen kesatuan, karena semua manusia diciptakan berbeda-beda.

Sebagaimana dalam surah Al-Hujurat ayat 13 yang artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.”

Bulan suci Ramadan harus jadi momentum untuk membangun kehidupan bersama dalam keberagaman. Bulan Ramadan adalah wahana mempererat ukhuwah sesama kaum muslimin, serta dengan sesama umat bangsa. Panggilan suci untuk merekat kebersamaan saling tolong menolong, berbagi dan peduli, serta membangun kehidupan bersama dalam keragaman.

Karena itu, ibadah puasa dan lain sebagainya yang dilakukan oleh kaum muslimin dapat meningkatkan kesalehan pribadi yang memancar dalam kesalehan keluarga dan kehidupan masyarakat, bangsa. Serta dunia kemanusiaan semesta.

Melalui peningkatan kedekatan dan hubungan dengan Allah melalui ibadah selama bulan suci umat Islam ini, kaum muslim diharapkan mampu menebar nilai-nilai perdamaian, kebaikan, keluhuran moral, serta berbagi dan keutamaan dalam hidup.

Bulan Ramadan harus kita manfaatkan sebagai momen untuk berhijrah secara spiritual, intelektual, dan peran sosial yang mampu membawa kepada pencerdasan, pembebasan, kemajuan dan membangun peradaban.

Insya Allah jika ibadah puasa dan seluruh rangkaian ibadah di Bulan Ramadan ditunaikan dengan rukun, khusyu’, dan tahsinah yang baik, maka akan melahirkan insan-insan yang al muttaqun.

Diharapkan dengan momentum bulan Ramadan, umat Islam akan menjadi insan yang memancarkan pencerahan di kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia semesta. Sehingga bisa membawa misi Islam yang rahmatan lil alamin.

Semoga pelaksanaan ibadah selama bulan Ramadan seperti ibadah puasa dan ibadah-ibadah yang lain dapat meningkatkan kedekatan dan hubungan dengan Allah SWT, sehingga melahirkan sikap rendah hati, saling menghormati, saling menolong dalam bingkai Kebhinekaan.

Mari kita sambut bulan suci Ramadhan dengan penuh suka cita, riang gembira, sebagai upaya kita menempa diri untuk menjadi pribadi-pribadi yang sejuk dan beriman.

*) Pekerja media, Sekretaris Jenderal DPP Persatuan Wartawan Republik Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *