Spirit  

Kebaikan Yang Melimpah di Kehidupan Duniawi

Syahril Syam, ST., C.Ht., L.NLP *)

Oleh: Syahril Syam *)

Betapa banyak orang yang mengira bahwa keburukan itu lebih banyak  dari pada kebaikan, karena dia menyaksikan bahwa keburukan itu sering menimpa dirinya atau orang lain di sekitarnya dan dia lupa menghitung kebaikan yang telah banyak diperolehnya. Terlebih lagi otak manusia cenderung lebih mudah mengingat hal buruk dibandingkan hal baik.

Selain itu, dia hanya melihat dirinya dengan pandangan partikular, dia tidak memandang alam ini secara universal dengan isinya secara totalitas. Dia hanya melihat kucing memangsa tikus, macan memangsa kijang, ular mematuk katak, orang-orang yang kuat memeras orang-orang yang lemah dan bodoh, dan ia juga hanya memperhatikan orang-orang yang ditimpa berbagai penyakit, semua itu ia nilai sebagai keburukan.

Dia lupa bahwa jika kucing tidak memangsa tikus maka kucing akan kelaparan dan mati, dan kemungkinan populasi tikus akan semakin bertambah banyak dan mengganggu sawah serta tanaman para petani. Dia lupa bahwa dengan adanya orang-orang yang ditimpa berbagai penyakit, para ilmuwan akan melakukan penelitian mencari sebab dari penyakit-penyakit tersebut dan menemukan cara pencegahannya serta cara pengobatannya sehingga akan memajukan pengetahuan dan teknologi kedokteran.

Singkat kata dibalik keburukan yang kita saksikan terdapat kebaikan yang tersembunyi. Seorang ahli hikmah dengan pandangan bijak seorang filosof berkata: “Sekiranya tidak terdapat berbagai pertentangan di alam ini maka tidak akan langgeng anugerah (faidh) dari Pencipta (mabda) yang dermawan”.  Oleh karena itu, sebagian filosof memandang bahwa keburukan itu merupakan keniscayaan bagi alam materi yang memiliki hukum dan tabiat berbagai pertentangan.

Yakni hakikat alam materi ini sendiri mengharuskan terwujudnya berbagai pertentangan di dalamnya, dan mustahil keberadaan alam ini jika tanpa tabiat dan watak semacam itu.  Apabila Tuhan menghilangkan sifat dan watak tersebut dari alam materi ini, sama halnya Tuhan tidak menciptakan alam materi. Sementara meninggalkan penciptaan alam materi sama halnya dengan meninggalkan kebaikan yang sangat banyak itu sendiri. Dan hal ini mustahil bagi Wujud yang Maha Dermawan. Dengan demikian maka sistem yang harus berlaku di alam materi ini adalah kebaikan itu lebih banyak daripada keburukan.

@pakarpemberdayaandiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *