Spirit  

Men-Switch Ke Kebahagiaan: Pelajaran dari Bipolar

Pakar Pemberdayaan Diri , Syahril Syam

Oleh: Syahril Syam*)

Ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari gangguan bipolar. Bipolar adalah gangguan jiwa yang berkaitan dengan perubahan suasana hati dan cenderung bersifat ekstrim. Dari kondisi depresi, penuh tekanan, motivasi yang rendah, dan kurangnya energi ke kondisi ekstrim lainnya berupa semangat yang tinggi dan cenderung kurang tidur, terlalu termotivasi, dan sering berkhayal. Mengalami perubahan mood secara ekstrim dan biasa terjadi hingga berbulan-bulan.

Seseorang yang mengalami bipolar diibaratkan seperti sebuah saklar yang posisi saklarnya di posisi kiri atau kanan. Saat tuas saklar di kiri, ia mengalami depresi, dan saat tuas saklar berpindah ke kanan, ia mengalami puncak semangat tanpa kontrol. Dengan kata lain, posisi tuas saklar bisa berpindah kapan saja tanpa ada kontrol sadar dari penderita gangguan bipolar.

Namun dari hal ini juga bisa kita ketahui bahwa kita pada dasarnya bisa berpindah keadaan mental. Dari kurang semangat menjadi bersemangat, dari demotivasi menjadi termotivasi, dari stres ke ketenangan batin. Ini adalah potensi pada diri kita. Artinya jika penderita bipolar bisa men-switch dari sisi mood yang satu ke sisi mood yang lain (walaupun terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar), maka perubahan keadaan mental juga bisa kita lakukan secara sadar. Kita bisa men-switch diri kita ke keadaan yang membahagiakan.

Jika penderita bipolar kendali saklarnya bersifat otomatis dan tak terkontrol, maka kita bisa memegang kendali saklar diri dengan upaya sadar kita. Sehingga saat mengalami masalah yang menghadirkan keadaan mental destruktif, kita bisa menggeser posisi tuas saklar ke keadaan mental yang konstruktif.

Saklar mental ini bisa dibuat dengan bantuan hipnoterapi. Bisa juga dilakukan dengan niat yang disadari. Seperti yang pernah ditulis pada Cemilan Otak yang lalu bahwa niat berarti kita mulai memfungsikan CEO otak kita. Sebagai CEO otak, tentu bisa melakukan pengontrolan terhadap berbagai hal yang membuat suasana hati menjadi destruktif. Dengan niat dan perasaan atas niat itu, kita bisa men-switch diri kita dari mental stres ke mental tenang dan membahagiakan.

Niat dan perasaan atas niat tersebut adalah upaya sadar kita dalam menggerakkan CEO otak. Alih-alih membiarkan diri digerakkan otomatis laksana robot, kita memang sudah seharusnya belajar untuk menyadari diri sendiri dan menghadirkan niat dan perasaan niat agar bisa benar-benar merdeka dari berbagai dorongan emosional yang tak terkontrol. Dan ini sangat sederhana untuk dilakukan. Dengan berlatih, kita bisa membuat saklar mood diri berada di bawah kendali sadar kita.

@pakarpemberdayaandiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *