Oleh: Syahril Syam*)
Ciri alam materi adalah terbagi-bagi, terpecah-pecah, dan majemuk, dan bukan bersifat universal. Setiap subjek di alam materi memiliki keunikannya masing-masing; memiliki sifat individual. Itulah sebabnya, eksis dalam jumlah yang tak terbatas. Inilah sifat dari dunia di luar diri kita. Olehnya itu, saat seseorang senantiasa fokus pada subjek-subjek dunia luar, maka pikirannya semakin terbagi-bagi dan terpecah-pecah. Fokusnya menjadi sempit hanya semata kepada masing-masing dari setiap subjek dunia luar.
Karena secara alami kebanyakan dari kita seringkali masuk ke dalam fokus sempit, maka tidak heran kalau kebanyakan orang akan tenggelam ke dalam hormon stres. Dunia luar menjadi sangat nyata bagi dirinya. Fokusnya pada hal-hal, orang-orang, dan masalah (berfokus pada partikel atau materi, bukan pada gelombang atau energi). Dan karenanya, semua pikirannya pun terpecah-pecah sesuai dengan begitu banyak subjek fokusnya di dunia luar. Apapun yang terjadi di dunia luar menjadi begitu bersifat pribadi.
Dengan semua perhatian seseorang pada dunia luar, yang dalam keadaan ini tampak lebih nyata baginya daripada dunia dalam, otaknya cukup banyak berada dalam keadaan gelombang otak beta yang lebih tinggi – yang paling reaktif, tidak stabil, dan mudah berubah dari semua pola gelombang otak yang berbeda. Karena ia dalam keadaan sangat waspada, ia tidak dalam posisi untuk menciptakan, memecahkan masalah, mempelajari hal-hal baru, atau menyembuhkan. Aktivitas listrik di otaknya meningkat, detak jantung dan pernapasan cenderung tidak stabil, tubuh mudah lelah, dan otak cenderung terkotak-kotak. Artinya beberapa bagian otak mulai bekerja secara terpisah dari yang lain alih-alih bekerja bersama, dan beberapa bahkan bekerja berlawanan satu sama lain.
Keadaan ketidakseimbangan ini membuat seseorang keluar dari homeostasis atau keseimbangan, dan mudah untuk melihat bagaimana hal itu membuat dirinya terkena penyakit, menghasilkan aritmia atau tekanan darah tinggi (sistem kardiovaskular yang tidak seimbang), gangguan pencernaan dan refluks asam (sistem pencernaan tidak seimbang), dan lebih banyak pilek, alergi, kanker, rheumatoid arthritis, dan kondisi lain (fungsi kekebalan yang tidak seimbang).
Berbeda dengan fokus sempit, fokus terbuka berarti kita mengalihkan perhatian kita dari dunia luar dan perangkapnya, dan alih-alih membuka fokus kita untuk memperhatikan ruang di sekitar kita. Fokus kita bukan lagi pada partikel atau materi, melainkan pada gelombang atau energi. Kita tidak memberikan perhatian kita pada materi apa pun dan kita tidak berpikir. Pola gelombang otak kita bergeser ke alfa yang lebih tenang dan kreatif dan akhirnya juga theta. Dalam keadaan ini, dunia batin kita sekarang menjadi lebih nyata bagi kita daripada dunia luar, yang berarti kita berada dalam posisi yang jauh lebih baik untuk membuat perubahan yang ingin kita buat.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika kita menggunakan teknik fokus terbuka dengan benar, otak mulai menjadi lebih terorganisir dan lebih sinkron. Otak menjadi koheren, yang berarti otak mengirim sinyal yang lebih koheren ke seluruh sistem saraf di seluruh tubuh, dan semuanya mulai bergerak dalam ritme yang teratur dan bekerja sama. Tidak ada lagi kebisingan di kepala dan digantikan dengan otak dan tubuh yang tenang dan stabil. Kita merasa lebih utuh, terintegrasi, dan seimbang.
@pakarpemberdayaandiri