Oleh: Syahril Syam *)
Banyak orang ingin mengubah dirinya, ingin mengubah kebiasaan hidupnya, ingin mengubah karakter buruknya. Tapi rasanya lumayan sulit. Apa yang menyebabkan seseorang sulit merubah dirinya? Itu karena tubuh telah mengingat perilaku berulang dengan sangat baik sehingga yang bertanggung jawab bukan lagi pikiran sadar. Tubuh atau bawah sadar telah merekam semua itu dengan sangat baik sehingga membutuhkan sedikit atau tanpa usaha sadar. Tubuh memegang kendali atas pikiran sadar dan menentukan sebagian besar tindakan seseorang yang tidak disadari dan terprogram.
Setiap orang memiliki niat sadar untuk mengubah kebiasaan buruknya, tapi kemudian tanpa disadari ia akhirnya berada di belakang kemudi dan bawah sadar mengambil alih kemudi tersebut. Ia akhirnya kembali berada di alam mental yang telah lama akrab sebelumnya. Tubuhnya memaksa dirinya untuk kembali merasakan suasana hati yang telah terbiasa selama ini. Suatu keadaan yang sudah terpola dalam waktu yang cukup lama. Pikiran sadar memikirkan perubahan, tapi perasaan yang telah lama akrab justru anti perubahan.
Lantas bagaimana cara mudah mengubah diri?
Kita mesti kembali melihat CEO yang ada pada diri kita. CEO itu adalah prefrontal korteks, bagian otak yang berada tepat di belakang dahi. Prefrontal korteks adalah pusat pengaturan diri. Semua hal baru yang akan dipelajari akan terlebih dahulu masuk melalui prefrontal korteks. Sebagai CEO yang memutuskan apa yang baik dan benar untuk kita pelajari, prefrontal korteks bekerja sebagai pengendali dan pengatur semua informasi. CEO otak kita ini juga bertugas melakukan distribusi pekerjaan ke bagian-bagian otak yang lain.
Saat kita dengan sengaja memaksakan kehendak kita melalui penggunaan prefrontal korteks, kita dapat mencapai jenis ketenangan dan kontrol yang diperlukan untuk keluar dari siklus respons neurologis dan kimia yang mendominasi dan mendikte sebagian besar kepribadian kita, pilihan yang kita pilih, dan reaksi yang kita buat. Jika tidak, kita akan berada di bawah pengaruh faktor-faktor di lingkungan kita, kebutuhan atau reaksi tubuh kita, dan ingatan masa lalu kita.
Dan ini berarti kita mesti berpikir dan melampaui apa yang kita rasakan secara emosional. Alih-alih didikte lingkungan terhadap tubuh kita, kita harus bisa memikirkan dan merasakan dengan emosi intens melebihi perasaan yang selama ini mengontrol kita secara otomatis. Kita harus benar-benar berpikir, berinovasi, dan mencipta agar jalur sirkuit baru tercipta di otak kita. Jangan sampai kita hanya menyalakan ingatan sinaptik di area lain otak kita dari masa lalu genetik atau pribadi kita dan memicu reaksi kimia berulang yang sama yang membuat kita hidup dalam kebiasaan lama.
@pakarpemberdayaandiri