Oleh: Syahril Syam *)
Ternyata ada begitu banyak mahasiswa doktoral yang berhasil menjadi mahasiswa dengan rekomendasi bagus, kualifikasi akademik yang mengesankan, atau bakat kecerdasan yang luar biasa, namun mengalami kesulitan untuk bangkit dan kehilangan semangat saat riset mereka dikritik dan ditolak. Sebuah survei di Amerika bahkan menunjukkan bahwa rata-rata nilai kesehatan mental dari mahasiswa program-program doktoral ilmu sosial terkemuka tampak serupa dengan nilai dari orang-orang yang terkurung di penjara-penjara Amerika.
Lauren Eskreis-Winkler pernah meneliti tentang apa yang membedakan antara orang yang berkinerja puncak dengan yang tidak demikian. Ia mulai mengumpulkan data dengan mensurvei orang-orang Amerika yang mengalami kesulitan untuk menabung lebih banyak, menurunkan berat badan, mengendalikan amarah, dan menemukan pekerjaan. Ia bertanya tentang apa yang bisa memotivasi mereka untuk menjadi lebih sukses di tempat kerja, di rumah, dan di upaya akademiknya.
Lauren menemukan data bahwa dalam hal mencapai sukses, orang selalu punya banyak gagasan tentang cara untuk melakukannya. Hampir setiap orang tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalahnya, hanya saja mereka tidak melakukannya. Ternyata kegagalan untuk bertindak tidaklah berkaitan dengan tidak adanya pengetahuan, tapi karena keraguan diri yang biasa disebut dengan ketiadaan efikasi dri. Efikasi diri adalah kepercayaan diri seseorang pada kemampuannya untuk mengendalikan perilaku, motivasi, dan situasi sosialnya sendiri. Ketiadaan efikasi dri adalah tentang suatu perasaan dimana seseorang merasa tidak aman dengan dirinya sendiri dan menghalangi dirinya untuk mencapai tujuan.
Tidak adanya efikasi diri bisa berupa seseorang yang tidak mencapai potensi penuhnya hanya karena tugas yang ada tampak menakutkan. Atau seseorang yang ragu berbicara di hadapan sebuah rapat kantor karena merasa tidak ada yang akan menghargai pendapatnya. Bisa juga berupa seseorang yang tidak pernah mau ikut lari marathon hanya karena merasa tidak atletis. Seseorang yang gagal diet hanya karena merasa tidak bisa dan tidak mampu menahan lapar karena mengurangi porsi makan. Atau hal apapun yang membuat seseorang merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri.
Ketika berada dalam kondisi seperti ini, biasanya kita akan sering menerima nasihat agar bisa bangkit dan percaya diri kembali. Baik itu dari orang tua, kakak, teman kantor, atau teman sebaya. Namun sesungguhnya orang cepat sekali menyimpulkan pesan yang tersirat di dalam tindakan orang lain, bahkan ketika tidak ada niat untuk menyiratkan pesan seperti itu. Dan Lauren menyadari bahwa dalam memberi nasihat, secara tidak sengaja kita menyampaikan pesan bahwa kita tidak menganggap orang itu bisa sukses dengan upayanya sendiri. Dengan kata lain, pesan tersembunyinya adalah karena kita merasa ia sulit untuk sukses, makanya kita memberinya nasihat.
Namun bagaimana jika dibalik, dimana mereka yang mengalami masalah yang akan memberikan nasihat? Jadi Lauren bersama Katy Milkman, Angela Duckworth, dan Dena Gromet melakukan eksperimen terhadap hampir 2.000 siswa SMA yang bertujuan membantu mereka untuk mencapai tujuan akademiknya. Sebagian siswa tersebut, alih-alih menerima nasihat agar fokus belajar dan nasihat lainnya, mereka justru diminta untuk memberi tuntunan (nasihat praktis) kepada siswa yang lebih muda melalui survei daring selama 10 menit. Mereka diberi pertanyaan seperti: “Apa yang menolong kamu untuk menghindari penundaan?”, “Kemana kamu pergi untuk belajar secara terfokus?”, dan “Apa kiat umum yang akan kamu berikan kepada seseorang yang ingin lebih berhasil di sekolah?”
Para siswa yang menjawab survei tersebut, atau dengan kata lain memberi nasihat melalui pertanyaan survei tersebut selama beberapa menit, berkinerja lebih baik pada mata pelajaran yang diujikan. Hal ini bukan berarti membuat siswa tersebut tiba-tiba berubah menjadi jenius, akan tetapi terjadi peningkatan nilai dalam ujian akademiknya. Mengajak diskusi anak kita atau seseorang dan meminta pendapatnya pada pencapaian tujuan, membuat mereka merasa bahwa ada harapan yang bisa mereka berikan. Juga mereka bisa (tanpa sadar) menawarkan kiat-kiat praktis atas masalah yang mereka alami sendiri. Dan ini meningkatkan rasa percaya diri mereka untuk bangkit kembali saat menghadapi hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
@pakarpemberdayaandiri