Spirit  

Pengaruh Keyakinan Terhadap Kemajuan Diri

Syahril Syam, ST., C.Ht., L.NLP

Oleh:  Syahril Syam, ST., C.Ht., L.NLP*)

Namanya Gabrielle Christina Victoria Douglas. Panggilannya Gabby. Ia adalah seorang perempuan pesenam kulit hitam keturunan Afrika-Amerika pertama dalam sejarah Olimpiade yang meraih medali emas dalam kompetisi all-round perorangan. Dia juga merupakan pesenam Amerika pertama yang memenangkan emas di dua kompetisi senam, all-around perorangan dan tim di Olimpiade 2012 di London.

Gabby ahir pada 31 Desember 1995 di Virginia Beach, Virginia, dengan orang tua bernama Timothy Douglas dan Natalie Hawkins. Gabby mengenal senam dari kakaknya, Arielle, seorang mantan pesenam dan seorang pemandu sorak. Arielle kemudian meyakinkan ibunya agar mendaftarkan Gabby ke kelas senam. Akhirnya, pada bulan oktober 2002 Gabby memulai latihannya pada sebuah kelas senam lokal.

Dua tahun kemudian, Gabby sudah memenangkan Level 4 senam all-around perorangan pada Virginia State Championships. Ia pun menjadi semakin yakin dengan tujuan hidupnya, yaitu menjadi juara Olimpiade. Suatu hari, bersama dengan saudaranya yang lain, Gabby menonton kejuaran senam di televisi. Ia sangat terpukau oleh salah seorang pesenam senior yang fenomenal bersama dengan pelatihnya. Saat itu juga, ia berkata kepada saudaranya bahwa pelatih yang ada di televisi itulah yang akan melatihnya dan membawanya ke Olimpiade. Suatu keyakinan yang nampak jelas dalam otaknya kala itu.

Ia meyakinkan ibunya untuk dilatih oleh pelatih elit tersebut. Nama pelatih itu adalah Liang Chow. Untuk itu, Gabby harus meninggalkan Virginia dan mengadakan perjalanan sejauh 1.600 km agar bisa dilatih oleh Chow di West Des Moines, Iowa. Pada usia 14 tahun, setelah mengatasi sejumlah kendala, Gabby meninggalkan Virginia Beach dan keluarganya untuk berlatih dengan Liang Chow.

Sejak meninggalkan rumah, Gabby berhasil meraih impiannya. Ia berhasil masuk ke kejuaraan Olmpiade 2012 di London dan memenangkan medali emas. Inilah contoh sikap hidup yang sejak awal memiliki keyakinan konstruktif yang kuat dan bisa melihat dengan sangat jelas setiap tahapan impiannya, mulai dari impian terkecil hingga impian terbesarnya. Saat keyakinan terbentuk pada diri kita, kita jarang mempertanyakan validitasnya. Pun ketika ketika kita berhadapan dengan bukti yang berlawanan.

Alasannya sederhana saja. Otak kita secara naluriah condong untuk membuang informasi yang tidak bersesuaian dengan pengalaman dan pengetahuan kita sebelumnya. Keyakinan itu sama dengan kebiasaan kita yang agak sulit berubah. Namun, setiap orang juga mempunyai kekuatan untuk mengakhiri keyakinan yang destruktif, untuk kemudian menciptakan persepsi yang baru. Persepsi yang baru ini kemudian akan mengubah sirkuit saraf otak yang mengatur cara kita berperilaku dan apa yang kita yakini.

@pakarpemberdayaandiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *